GUNUNGKIDUL – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengimbau masyarakat mewaspadai pepohonan tumbang dan baliho roboh. Itu menyusul angin kencang yang melanda wilayah Bumi Handayani belakangan ini.

”Fenomena ini disebabkan rendahnya tekanan udara di Samudera Hindia,” jelas Edy saat dihubungi Kamis (5/7).

Dengan detail Edy menjelaskan, fenomena angin kencang terjadi karena tekanan udara rendah atau low pressure area (LPA) di Samudera Hindia. Tepatnya daerah barat Sumatera. Angin berhembus dari arah timur dengan kecepatan 5 hingga 22 kilometer per jam. Dampak lainnya, suhu udara mencapai 21 hingga 33 derajat celcius dengan kelembaban udara 56 hingga 92 persen.

Dikatakan, kewaspadaan tidak cukup. Menurutnya, masyarakat juga perlu mengetahui berbagai tanda datangnya bahaya. Biasanya, diawali dengan cuaca panas diikuti mendung tebal.

”Kalau seperti itu hendaknya segera mengambil langkah-langkah seperti yang telah disimulasikan selama ini,” pintanya.

Lalu, desa mana saja yang rawan? Edy menyebut ada 56 desa. Tersebar di beberapa kecamatan. Antara lain, Kecamatan Purwosari, Gedangsari, Patuk, Nglipar, Ngawen, dam Ponjong.

Sementara itu, Koordinator SAR Sat Linmas Wilayah II Gunungkidul Marjono mengatakan, menyimak data Stormsurf, gelombang laut tertinggi mencapai 17,2 kaki atau berkisar 5 meter.

“Selain berdampak terhadap daratan, angin kencang juga berdampak pada kenaikan gelombang laut,” katanya.

Sesuai hitungan kalender Jawa dan Pranoto mongso, dalam beberapa bulan ke depan gelombang laut dan angin kencang mulai datang hingga Agustus. (gun/zam/mg1)