Wakil Ketua Komisi I DPR RI Ahmad Hanafi Rais kembali mengajak masyarakat agar menggunakan dan memanfaatkan teknologi secara bijak. Ajakan itu disampaikan sebagai antisipasi terhadap dampak revolusi industri 4.0.

“Revolusi industri 4.0 itu lintas batas dan tidak mengenal ruang serta waktu. Basis utama dari revolusi industri 4.0 adalah internet,” ujar Hanafi saat berbicara di depan peserta Dialog Kebangsaan bertema Meneguhkan Kembali Spirit Kebangsaan dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Hotel Sahid Raya Babarsari Sleman pada Jumat (13/7).

Hanafi mengatakan, teknologi selalu berdampak pada dua hal. Yakni baik dan buruk. Ilustrasinya seperti pedang bermata dua. Tergantung orang yang menggunakan. “Pisau itu bisa untuk memotong sayuran, tapi juga bisa untuk tindak kejahatan,” ujarnya.

Karena itu, kebaikan atau keburukan teknologi kembali pada orang yang memanfaatkannya. Lantaran dampaknya luar biasa di masyarakat, Hanafi mewanti-wanti agar penggunaan teknologi dapat dikendalikan. Bukan kebalikannya, teknologi yang mengendalikan manusia.

“Kita kendalikan teknologi untuk kepentingan dakwah yang lebih luas bermanfaat dunia dan akherat. Teknologi memperkuat dakwah sekaligus memerkokoh NKRI dan kebangsaan,” pintanya.

Meski terbilang canggih, penggunaan teknologi ada kelemahannya. Teknologi kerap dipakai untuk komunikasi tatap muka. Misalnya dengan memanfaatkan Facebook live. “Ada yang kurang dengan komunikasi model itu. Tidak ada emosinya,” jelasnya.

Meski demikian, teknologi juga punya banyak kelebihan. Di antaranya bisa membaca selera kita karena memakai sistem algoritma. Dicontohkan, jika kerap mengakses informasi aneh-aneh, maka satu saat akan mendapatkan kiriman penawaran yang aneh-aneh pula. “Misalnya satu saat ditawari obat kuat. Teknologi itu tahu keinginan manusia. Maka berhati-hatilah. Gunakan untuk hal-hal baik. Mulai dakwah, bisnis, kampanye maupun silaturahmi,” lanjut dia.

Di tempat sama, Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika RI Henri Subiakto mengatakan, dewasa ini masyarakat tidak dapat lepas dari telepon cerdas. Kemajuan teknologi sebagai akibat revolusi industri 4.1 harus bisa diantisipasi.

“Jangan pasif dan harus kita rebut. Revolusi industri 4.1 bisa mendorong terjadinya revolusi ekonomi dan sosial. Maka kita harus siap dan jangan sampai tertinggal,” kata dosen Universitas Airlangga Surabaya yang berasal dari Jogja ini. Jalannya dialog dipandu Wakil Ketua DPRD DIJ Arif Noor Hartanto. (kus/mg1)