BANTUL – Problem di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan semakin akut. Yang terbaru, empat alat berat di TPST yang berfungsi memindah tumpukan sampah rusak. Akibatnya, puluhan truk pengangkut sampah Senin (23/7) harus mengantre di depan pintu masuk TPST.

”Kebetulan keempatnya mengalami kerusakan dan tidak ada alat berat pengganti,” jelas Kepala Pengelola TPST Piyungan Sarjani di kantornya Senin (23/7).

Dari pantauan, antrean mulai terlihat di Dusun Ngablak, Sitimulyo, Piyungan. Puluhan truk pengangkut sampah dari wilayah Sleman, Kota Jogja, dan Bantul berhenti sembari menunggu giliran masuk. Tak pelak, antrean ini menyebabkan bau tak sedap di permukiman.

Yang dimaksud dengan empat alat berat adalah dua unit buldoser dan backhoe serta compactor masing-masing satu unit. Sarjani menyebut jenis kerusakan empat alat berat ini beragam. Kerusakan terparah ini diketahui sejak Kamis (19/7).

”Sebenarnya telah berulang kali mengalami kerusakan,” ucapnya.
Sarjani melihat kerusakan empat alat berat ini sebagai hal wajar. Sebab, usia alat berat ini rerata di atas sepuluh tahun. Di sisi lain, tumpukan sampah yang harus dipindah setiap harinya mencapai 500 hingga 600 ton.

”Sedikitnya 150 hingga 170 truk datang membuang sampah setiap harinya,” sebutnya.

Sebagai orang lapangan, Sarjani telah berulang kali memperbaiki sekaligus mengusulkan pengadaan alat berat baru. Hanya, pemangku kebijakan meminta agar keempat alat berat tersebut tetap dioptimalkan.

Senada diungkapkan Kepala Balai Pengelolaan Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum Perkotaan (PISAMP) DIJ Agung Satrio. Dia berpendapat tak ada solusi dalam penanganan sampah di TPST. Kecuali menyewa alat berat. Sebab, luas area TPST mulai menyempit.

Walija, seorang sopir truk menceritakan, kemacetan mulai terlihat sejak pukul 06.00. Saking lamanya, sebagian sopir truk memilih pulang kembali.

”Sebagian warga juga ada yang complain karena menimbulkan bau tak sedap,” ucapnya. (cr6/zam)