(GRAFIS: HERPRI KARTUN/RADAR JOGJA)
dr. Nur Muhammad Artha MSc Mkes SpA (RADAR JOGJA FILE)

SALAH satu penyebab anak dibawa ke praktik dokter spesialis adalah gegar otak atau cedera kepala. Cedera kepala dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari sepeda, terpeleset, terjerembab dari kursi, meja, atau tempat tidur, hingga akibat tindakan kekerasan pada anak.

Dari hampir lima juga orang tua di Amerika Serikat yang datang ke bagian gawat darurat
rumah sakit meminta agar dokter mengevaluasi dan merawat anak mereka yang jatuh.

Di Inggris, jumlah anak yang masuk ke rumah sakit karena cedera kepala meningkat 6 kali selama 20 tahun terakhir. Sedangkan di Amerika Serikat sekitar 300 ribu – 400 ribu anak per tahun yang dirawat karena cedera.

Penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta ditemukan 503 kasus selama 2004 – 2005. Usia terbanyak 6-10 tahun. Kebanyakan anak laki-laki. Selebihnya di Indonesia hanya ada data sporadis.

Orang tua seringkali merisaukan bentuk jejas (luka lecet) yang dialami anak, sehingga merasa panik dan mengganggu ketenangan petugas kesehatan dalam memberikan pertolongan kepada pasien.

Pada kasus cedera kepala, foto kepala hanya dapat mengidentifikasi fraktur tengkorak. Sedangkan pemeriksaan CT scan sangat informatif pada cedera kepala sedang dan ringan.Kendati demikian, penggunaan CT scan pada cedera kepala ringan harus mempertimbangkan untung dan ruginya.

Indikasi CT scan yang dianjurkan oleh The National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) apabila ditemukan penurunan kesadaran lebih dari 5 menit, mekanisme cedera yang berbahaya, maka diduga ada kekerasan fisik, kejang, mengantuk berlebihan, ubun-ubun besar membonjol, dugaan patah tulang tengkorak terbuka atau tulang tengkorak mendesak ke dalam, muntah 3 kali atau lebih, gejala gangguan saraf, dan amnesia lebih dari 5 menit.

Suatu penelitian menunjukkan, beberapa faktor penting yang menunjukkan kemungkinan cedera otak pada CT scan, di antaranya retak tengkorak, gejala gangguan saraf fokal, penurunan kesadaran, dan skala koma glasgow kurang dari 15. Skala koma glasgow adalah skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran manusia. Skala ini menilai tiga komponen, yaitu mata, verbal, dan motorik.

Pada dugaan kasus cedera kepala ringan perlu dilakukan observasi untuk memastikannya. Observasi dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah selama ada orang yang mampu melakukannya. Observasi, terutama dalam 24 jam pertama, dilakukan dengan memantau adanya penurunan tingkat kesadaran, kejang, kelumpuhan, sakit kepala, dan muntah berulang.

Pemeriksaan CT scan kepala dianjurkan bila ada gejala anak terkesan tidak sadar penuh, ada perubahan sikap, atau kecurigaan patah/retak pada tulang.
Pemantauan dapat dilakukan hingga 48 jam, tanpa diberikan obat antimuntah karena dapat mengaburkan gejala. Apabila ditemukan tanda-tanda tersebut, orang tua harus segera membawa buah hatinya ke rumah sakit. (*/yog/fn)