Anak-anak muda sudah saatnya ikut berperan aktif mencegah bahaya terorisme. Peran anak muda itu dilakukan dengan memanfaatkan gadget secara tepat. Di antaranya, dengan menyampaikan pesan-pesan yang bernuansa positif, penuh kedamaian, dan kesejukan.

“|Posting-lah hal-hal yang positif dan memberikan pencerahan,” ajak Praktisi Marketing Komunikasi Gardjito Kasilo saat bicara di depan peserta acara Literasi Digital sebagai Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat melalui Forum Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY di Hotel Cavinton Jogja, Kamis (2/8).

Acara bertema “Saring sebelum Sharing” itu diadakan FKPT DIY bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Sebanyak 100 komunitas media sosial dan mahasiswa se-DIY mengikuti kegiatan tersebut. Tak hanya bicara, Gardjito juga mengajak peserta langsung berpraktik membuat konten-konten positif. Bentuknya melalui pembuatan meme dan video.
Cara praktis membuat meme dengan pesan positif itu disambut antusias peserta. Mereka langsung membuat sejumlah contoh meme dan siaran lewat video. Saking semangatnya, acara yang mestinya rampung pukul 16.00 mundur hingga sejam. Kegiatan baru rampung pukul 17.00 karena menunggu peserta mempresentasikan karyanya. Ada 10 grup yang membuat meme-meme berisi pesan-pesan positif.

“Anak itu merupakan agen penyebar konten positif dalam menangkal bahaya terorisme,” ucapnya.
Selain Gardjito, acara itu juga menghadirkan narasumber Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Andi Intang Dulung, Wakil Ketua Dewan Pers Ahmad Djauhar dan Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM Wisnu Martha Adiputra.

Andi Intang mengatakan, sebagian masyarakat cenderung latah untuk selalu sharing atau berbagai berita yang belum terverifikasi kebenarannya. “Ini yang berbahaya. Kaum muda terpapar paham terorisme seperti kasus bom di Surabaya beberapa waktu lalu. Salah satu anak selamat dari bom bunuh diri. Anak itu menyesal tidak bisa masuk surga bersama keluarganya. Fakta ini jelas harus menjadi perhatian semua pihak,” ungkapnya.

Menyikapi itu, BNPT melakukan pendataan dan sosialisasi kepada para guru. Sebab, guru merupakan ujung tombak guna memastikan generasi penerus bangsa ini tidak terpapar paham terorisme dan radikalisme.
“Guru ikut menjadi filter penyebaran paham radikalisme dan terorisme,” lanjut dia.

Diingatkan, anak-anak lebih banyak mengidolakan guru sehingga harus dipastikan para guru tidak terpapar paham radikalisme dan terorisme. Selama ini BNPT aktif melakukan deradikalisasi di dalam maupun luar lembaga pemasyarakatan (lapas).

Di dalam lapas organisasi radikal ini tak hanya dari Jamaah Anshor Daulah (JAD). Namun ada dari jaringan lainnya yang bertujuan sam menggulingkan pemerintahan yang sah lewat aksi teror. Pendekatan umum BNPT menempatkan para pelaku sebagai teroris.

Dari pendekatan itu, BNPT biasanya menelusuri rekam jejak masing-masing pelaku. Organisasi apa saja yang pernah diikuti para pelaku, sehingga membentuknya menjadi teroris. Seringkali organisasi seperti JAD hanyalah organisasi terakhir. Pelaku sudah mengikuti paham radikal dari organisasi yang diikuti sebelumnya.

Kecanduan paham radikalisme itu sama halnya dengan kecanduan sesuatu seperti narkoba dan rokok. Dalil yang dipahami teroris ini yakni dalil marah bukan dalil ramah. jumlah teroris di Indonesia sebenarnya tidak banyak. Jumlahnya bisa dihitung. Tapi karena persebaran informasi radikalisme dan terorisme masif angkanya terus bertambah.

Wakil Ketua Dewan Pers Ahmad Djauhar menambahkan pelaku media terutama pengelola media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram memiliki peran penting menjaga lini masa tetap sehat. Caranya dengan selalu melakukan tabayyun (klarifikasi) sebelum menyebar informasi di media sosial. “Semua serba mudah untuk menyebar informasi karena jari lebih cepat sharing (berita hoax, Red) padahal potensi dosanya lebih besar,” ingatnya.

Jangan biarkan jari bergerak lebih cepat dari pikiran. Kondisi tersebut bisa berakibat fatal. “Kita tahu sekarang siapa saja bisa terjerat UU ITE. Hal terpenting kita akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat,” ungkap Djauhar. (kus/yog/mg1)