Berbeda dengan Bantul, Kabupaten Gunungkidul justru menggantungkan rencana konsep penataan kawasan pariwisata kepada Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Baik pantai maupun gua. Seperti penataan kawasan Geopark Gunungsewu. Hingga sekarang mayoritas kawasan pariwisata di Bumi Handayani belum memiliki masterplan.

Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul Hari Sukmono berdalih Geopark Gunungsewu dikelola tiga kabupaten. Yaitu, Gunungkidul, Pacitan, dan Wonogiri. Ketiga kabupaten ini tidak bisa merancang masterplan sendiri. Meski, masing-masing kabupaten selama ini memiliki rencana pengembangan.
”Sehingga belum ada masterplan,” dalihnya.

Atas dasar itu, Hari sepakat Kemenpar menawarkan penyusunan masterplan kawasan pariwisata di Gunungkidul. Tak terkecuali Geopark Gunungsewu. Apalagi, dokumen ini bakal menjadi guidance perencanaan. Baik jangka pendek, menengah, hingga panjang.

”Agustus ini kami ada agenda rapat kerja dengan Pacitan dan Wonogiri,” ucapnya.

Kendati belum memiliki masterplan, Hari merasa santai menghadapi validasi UNESCO 2019. Menurutnya, ada tiga indikator yang menjadi penilaian dalam validasi. Nah, masterplan tidak termasuk di dalamnya.

”Ada baylor univercity, culture univercity dan geo university,” paparnya.

Sementara itu, General Manager Geopark Gunung Sewu Budi Martono mengatakan, jumlah geosite tidak ditambah. Konsepnya pengembangan geosite dengan mengedepankan unsur pendidikan, dan budaya.

“Misalnya di wilayah Kecamatan Gedangsari ada green village,” ujarnya.

Geopark Gunungsewu seluas 1.802 kilometer persegi. Ada 33 gesosite di dalamnya. Dari jumlah itu, Gunungkidul dan Pacitan masing-masing memiliki 13 lokasi. Tujuh lokasi lainnya di Wonogiri. Gunungsewu masuk dalam Global Geopark Network (GGN). (gun/zam/mg1)