SLEMAN – Perburuan terhadap terduga teroris jaringan Jamaah Ansarut Daulah (JAD) di Jogjakarta terus dilakukan tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Sabtu (4/8) malam Densus kembali menangkap seorang terduga teroris saat sedang menginap di salah satu hotel di Jalan Kaliurang KM 8,6, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. Radar Jogja mendapat informasi terduga teroris yang diringkus adalah Riky Perkasa Yudha,40.

Salah seorang pegawai hotel tempat Riky menginap membenarkan hal tersebut. Meski enggan memberikan keterangan lengkap, pegawai hotel yang menolak dikorankan itu menyebut adanya penggeledahan oleh polisi. Riky dijemput Densus ketika sedang berada di lingkungan sekitar hotel.

“Benar semalam ada tiga mobil pelat luar Jogja datang ke sini. Mereka menunjukkan surat putih (surat penggeledahan),” ungkap sumber tersebut.

Menurut pegawai hotel itu, aparat mengenalkan diri dari Solo, Jakarta, Polda Jogja, dan Magelang. Pria ini bahkan sempat mengantarkan petugas sampai kamar di mana Riky menginap. Di dalam kamar tersebut beberapa personel berpenutup muka menggeledah barang-barang milik Riky. Beberapa di antaranya disita. “Saya cuma mengantar sampai membuka kamar. Tak sampai masuk ke dalam,” lanjutnya.

Penggeledahan berlangsung cepat hingga pukul 19.30. Belakangan diketahui, Riky adalah warga Jalan Jembatan Selatan RT 09/RW05 Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Riky terdeteksi telah berada di Jogjakarta selama tiga hari.

Sebelum menginap, Riky meninggalkan KTP-nya kepada petugas resepsionis sebagai syarat wajib menginap di hotel. Kartu identitas tersebut juga ikut disita personel yang melakukan penggeledahan.

“Beliau (Riky) check in jam setengah lima sore. Saya sempat ngobrol dengan tamu itu di sini (kafe hotel),” jelas pegawai hotel itu tanpa menaruh curiga sedikit pun terhadap Riky.

Riky diduga anggota jaringan JAD Jakarta. Kehadirannya di Jogjakarta masih didalami pihak berwenang. Terutama kaitannya dengan jaringan JAD yang sudah bercokol di Jogjakarta. Beberapa terduga teroris yang lebih dulu diringkus di Jogjakarta juga terindikasi terlibat jaringan JAD. Kendati demikian, Polda DIJ masih menyimpan rapat setiap informasi terkait JAD.

Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada Muhammad Najib Azca mendorong Polda DIJ meningkatkan peran intelejennya. Jaringan JAD, lanjutnya, masih terlihat secara samar. Namun keberadaanya selama ini ibarat sel tidur.

“JAD ini underground. Tidak muncul ke permukaan. Selama ini sleeping cell-nya tidak beraktivitas,” katanya.

Najib menduga, kemunculan pergerakan anggota JAD di Jogjakarta merupakan imbas pasca tragedi kerusuhan di Rutan Mako Brimob Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut Najib, Jogjakarta tergolong kantong baru dalam pergerakan JAD. “Di sinilah peran intelejen harus dikuatkan guna mengantisipasi pergerakan JAD semakin meluas,” ujar Najib.

Polisi juga harus lebih intensif berkoordinasi dengan masyarakat untuk mempersempit ruang gerak terorisme di Jogjakarta.

Sebagaimana diketahui, Sabtu (4/8) siang Densus 88 lebih dulu menangkap Arif Suryanto di Dusun Sribit Lor, Sendangtirto, Berbah, Sleman. Arif juga diduga sebagai anggota JAD. Kendati demikian, Kapolda DIJ Brigjen Pol Ahmad Dofiri enggan berspekulasi tentang masalah tersebut. (dwi/yog/fn)