JOGJA – Bakpia merupakan salah satu makanan khas Kota Jogja yang menjadi pilihan para wisatawan sebagai oleh-oleh. Berdasarkan data Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) DIJ, sepanjang tahun 2017 sedikitnya 46 persen dari total 75.140 industri kecil di provinsi ini bergerak di bidang pengolahan makanan.

Namun yang menjadi ironi, ternyata jumlah usaha kecil bakpia hanya tercatat sebanyak 131. Saat ini produk bakpia sangat variatif, tidak hanya menyajikan rasa kacang hijau, namun juga coklat, keju, dan kumbu hitam. Rasa bakpia ini legit karena terbuat dari campuran kacang hijau dan gula pasir lalu dibungkus adonan tepung dengan sedikit minyak nabati.

Melihat peluang usaha produksi bakpia itu, lima mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi (IST) Akprind Jogjakarta,l mencoba membuat varian rasa dan bahan isian baru dalam bakpia. Amanda Antonia Dos Santos, Harnanda Prawitasari, Sulis Ulfa Amaroh Fista Sari (angkatan 2015) serta Dorotea Tirta Wahyuningtyas Subrata, dan Yunica Nur Witanjaya (angkatan 2016) mencoba memanfaatkan kacang gude (Cajanuscajan L) sebagai bahan isian untuk mendapatkan varian rasa baru.

Produk bakpia dari kacang gude sangat berpotensi untuk dikembangkan. Selain kandungan gizi yang tinggi, harga produk bakpia kacang gude relatif lebih murah jika dibandingkan bakpia kacang hijau atau lainnya. Produk bakpia ini diberi nama bakpia Caca, kependekan dari bahasa latin kacang gude yaitu Cajanuscajan L.

Produk bakpia Caca merupakan kelanjutan dari lolosnya proposal Amanda Antonia Dos Santos dkk dalam Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) tahun 2018. Judul proposal “Bawa Pulang Gue” (Bakpia Wuenak, Kacang Gude), kelompok mahasiswa yang dibimbing Aji Pranoto SPd, MPd ini mampu meloloskan proposalnya bersama sembilan proposal lain dari IST Akprind.
Kacang gude merupakan jenis kacang-kacangan yang tumbuh sepanjang tahun dan mampu tumbuh pada lahan kering. Kacang ini banyak dibudidayakan di wilayah yang sulit mendapatkan air irigasi dan hanya mengandalkan air hujan seperti di wilayah Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan. Pemanfaatan kacang selama ini hanya sekadar digoreng untuk camilan serta tambahan dalam pembuatan sayur tradisional Jawa. Kacang gude tergolong tanaman kacang-kacangan yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan yang adaptif lokasi. Hal ini karena nilai gizi yang tidak kalah tinggi dibandingkan kacang-kacangan lain seperti kedelai.

10 kelompok mahasiswa IST Akprind mampu meloloskan proposal KBMI tahun 2018, sehingga layak didanai Ditjen Belmawa, Kemristekdikti. Dengan jumlah proposal yang lolos itu, IST Akprind menjadi yang terbaik di DIJ serta menduduki peringkat lima nasional KBMI 2018.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerja Sama Ir Joko Waluyo MT menuturkan, IST Akprind tidak hanya mendidik mahasiswa dalam bidang sains & teknologi, namun juga mengembangkan jiwa entrepreneur. Sehingga menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa untuk mendorong terciptanya wirausaha baru yang kreatif dan inovatif serta mendukung pemerintah dalam meningkatkan rasio wirausaha nasional.

“Dengan pengembangan jiwa entrepreneur melalui sains dan teknologi, nantinya diharapkan mampu meningkatkan karya kreativitas dan inovasi mahasiswa dalam rangka bereksperimen dan menemukan karya yang memanfaatkan sumber daya alam dan terciptanya peluang usaha mandiri di sektor produk,” kata Joko. (*/laz/mg1)