Lebih 35 Ribu Tiket Ludes Terjual
SLEMAN – Gebukan drum Gusty Hendi yang berpadu petikan gitar tak berujung Dewa Budjana makin memanaskan suasana Prambanan Jazz Minggu malam (19/8). Mulai manggung usai Magrib “Gigi” menggoyang penonton di Roro Jonggrang Stage. lewat lagu Jomblo dan disambung Nakal. Skill Budjana dan Thomas Ramdhan lewat tembang Melayang, ditambah suara khas sang vokalis Armand Maulana kian menghipnotis para penonton. Apalagi, di sela jeda antarlagu suami Dewi Gita itu mengajak para penonton berfoto bareng. Armand juga sukses mengajak para penonton ikut bernyanyi lewat tembang Terbang.
Lagu Bumi Meringis diaransemen ulang layaknya lantunan melodi Timur Tengah. Gusty memainkan jimbe, Irzha pada keyboard, dan Budjana dengan gitar gambus. Menurut Armand, lagu tersebut terinspirasi dengan kebakaran hutan di Kalimantan beberapa tahun lalu.
Ratusan penonton kian larut dalam tembang 11 Januari. Disambung Ya Ya Ya yang digubah dengan sentuhan jazz, namun tetap mampu membawa para penonton untuk ikut berdendang dan berjingkrak.
“Gigi untuk pertama kali tampil di Prambanan Jazz. Memang ada beberapa lagu yang diaransemen ulang agar kuat jazz-nya,” ujar Thomas.
Meskipun pertama kali di Prambanan Jazz, Armand menimpali, itu bukan penampilan perdana grup band asal Bandung itu di acara Jazz. “Prambanan Jazz itu bagus. Lebih banyak festival musik mengangkat Indonesia dan daerah. Termasuk pembukaan Asian Games, dengan adanya ini jadi makin ikonik. Prambanan Jazz lama-lama akan jadi ikonik,” papar Armand. Sedangkan bagi Dewa Budjana, musik jazz telah menjadi gaya hidup kalangan menengah di Indonesia. Itu dibuktikan dengan banyaknya penonton dari kalangan anak-anak muda dan remaja.
Adapun grup band asal Jogjakarta Jikustik lebih dulu tampil di gelaran hari ketiga Prambanan Jazz kemarin. Brian Prasetyoadi dkk melanjutkan MLD Jazz Project di Hanoman Stage.
Lagu 1000 Tahun Lamanya mampu membuat para penonton ikut bernyanyi. Dilanjutkan Puisi, Setia, dan So Sweat. Lagu terakhir lebih menggebrak suasana karena dimainkan dengan tempo sedikit cepat dengan sentuhan musik disko era 1980-an.
“Kami sangat senang bisa berpartisipasi di Prambanan Jazz di Jogja. Walaupun panas tetap ramai. Yang jomblo setelah ini semoga dapat pasangan,” kata Brian sebelum membawakan Selamat Malam Dunia sebagai tembang pamungkas Jikustik. Setelah Jikustik, disusul Barasuara. Kemudian Sierra Soetedjo dan Idang Rasjidi featuring Syaharani. Puncak Prambanan Jazz ditutup penampilan boyband asal irlandia Boyzone.
Penggagas Prambanan Jazz Festival dari Rajawali Indonesia Communication Anas Syahrul Alimi mengatakan selalu berusaha meningkatkan komposisi musisi jazz setiap tahun. “Jika tahun sebelumnya hanya 40 persen, maka pada tahun ini meningkat menjadi 65 persen,” ujarnya. Selain itu para pengunjung dibagi dalam tiga kategori. Yakni generasi milenial, 1990-an, dan 1980an. Prambanan Jazz mampu menarik perhatian masyarakat. Buktinya, tak kurang 35 ribu tiket ludes terjual hingga kemarin siang. Menurut Anas, jumlah penonton rata-rata per hari mencapai 7.500 orang. “Total semuanya belum direkap. Target awal kami sedikitnya 40 ribu penonton,” ucapnya.
Sejak hari pertama digelar Prambanan Jazz dibanjiri penonton dari berbagai rentang usia. Dari remaja, keluarga, dan hingga usia atas 40-an. Memey, salah satunya. Perempuan 35 tahun asal Surabaya itu membawa 10 anggota keluarga dan kerabatnya menonton Prambanan Jazz. Terdiri atas orang tua dan keponakannya yang berusia 12 tahun. “Ingin nonton Cak Ari (Ari Lasso, Red). Kami ke sini (Prambanan) naik kereta,” ungkapnya. Sedangkan Kresna, 30, warga Jakarta mengajak teman perempuannya menyaksikan Dewa 19 dan Boyzone. “Suasananya asik. Nyaman. Indonesia perlu banyak tontonan kreatif seperti ini,” ujar pegawai swasta di daerah Kemang itu. (riz/yog/mg1)