Tidak Disarankan, Bisa Menyebabkan Diare

KULONPROGO – Mencuci jeroan hewan kurban di sungai rawan terkontaminasi bakteri e-coli. Air sungai mengandung banyak bakteri e-Coli yang berbahaya bagi manusia.

Kepala UPTD Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Wilayah Selatan, Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulonprogo Eko Sulistyo mengatakan mencuci jeroan di sungai tidak disarankan. “Bisa menyebabkan diare. Yang benar, dibuatkan kubangan khusus,” ujar Eko.

Sosialisasi penanganan daging kurban yang baik dan sehat sudah dilakukan. Selain meyiapkan alas daging yang bersih dengan plastik, tidak membungkus daging dengan plastik hitam.
“Salah satunya tidak mencuci jeroan di sungai,” ujarnya.

Pemandangan warga membersihkan jeroan hewan kurban mudah ditemui di Sungai Serang saat Idul Adha. Salah satunya di Jembatan Sungai Serang wilayah Wonosidi Kidul, Wates.

Puluhan warga membentuk beberapa kelompok membersihkan jeroan. Mereka adalah panitia penyembelihan hewan kurban di wilayah Wates. Jeroan dibawa menggunakan gerobak dan pikap. Kemudian dijatuhkan dari atas jembatan ke sungai.

Isi jeroan dibuang begitu saja. Hanyut bersama air sungai yang semula bening berubah keruh kotoran hewan kurban. Bagian-bagian yang tidak dikonsumsi juga dibuang bersama kotoran.

Salah seorang panitia kurban Wahyu CM mengatakan mencuci jeroan di sungai biasa dilakukan setiap Idul Adha. Alasannya praktis dan masjid tak memiliki lahan membuang isi jeroan.

“Di sungai tidak perlu banyak membuang air, lokas sungai juga dekat dengan masjid. Kalau harus bikin lubang repot. Di sungai kotoran juga bisa langsung hilang,” kata Wahyu.

Mereka memotong delapan sapi dan lima kambing. Jeroan yang harus dibersihkan banyak dan membersihkan jeroan di sungai dinilai paling efektif.
“Airnya kan mengalir, sampai di masjid jeroan dibilas kembali,” jelasnya.

Panitia kurban yang lain, Wahono, mengatakan panitia kurban memilih mencuci jeroan di sungai. Alasannya praktis ketimbang mencuci di sumur atau membuat kubangan khusus. (tom/iwa/mg1)