BANTUL – Para nelayan benar-benar memasuki musim paceklik. Kendati gelombang laut telah berangsur kembali normal, nelayan di Pantai Depok enggan melaut. Minimnya ikan tangkapan sebagai pemicunya.
Ketua Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Depok Tarmanto mengatakan, salah satu dampak gelombang tinggi adalah ikan cenderung memilih di laut dalam. Biasanya, dua hingga tiga mil dari pantai.
”Itu pun jumlahnya tidak begitu banyak,” jelas Tarmanto di rumahnya, Kamis (23/8).
Dikatakan, mayoritas nelayan memilih alih profesi. Sebagian ada yang menjadi petani. Lainnya menjadi penambang pasir dan pedagang. Sebab, hasil tangkapan tak berbanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan. Karena itu, nelayan yang tetap melaut hanya beberapa orang. Maksimal hanya lima orang.
”Seperti hari ini. Ada lima orang yang melaut,” sebutnya.
Biasanya, nelayan bakal menyusuri dua hingga tiga mil ke arah selatan. Bila masih minim ikan, mereka bakal berganti arah ke Kulonprogo.
Ketika disinggung mengenai musim ikan, pria paro baya ini memperkirakan sekitar September hingga Desember. Sehari satu kapal dapat membawa ikan tangkapan hingga dua kuintal. Itu pun hanya dari sekitar pantai.
”Kalau sepi, ya, satu kapal sehari hanya dapat 50 kilogram,” tuturnya.
Kendati begitu, lanjut Tarmanto, pasokan ikan di Pantai Depok tak pernah kurang. Guna memenuhi kebutuhan kuliner seafood, pasar ikan mendatangkan pasokan dari luar daerah. Seperti Semarang dan Cilacap.
Margoyono, 40, seorang nelayan mengaku tak punya pilihan. Dia tetap nekat melaut, meski hasil tangkapan minim. Sehari maksimal hanya dapat membawa pulang 50 kilogram ikan.
”Seringnya mencari ikan ke arah barat,” katanya. (cr6/zam/mg1)