Hendika Arga Permana Mundur dari Sepak Bola Profesional.
Pemain sepak bola memutuskan untuk pensiun, lumrah saja. Namun, tidak bagi kapten PSIM Jogja Hendika Arga Permana yang tengah dipinjamkan ke PSS Sleman. Secara mengejutkan, Hendika memutuskan pensiun setelah beberapa hari bergabung Super Elang Jawa. Apa penyebabnya ?
BAHANA, Jogjakarta
Kepindahan Hendika Arga ke PSS Sleman dengan status pinjaman memang menjadi perbincangan hangat bagi pencinta sepak bola di DIJ. Di media sosial, kepindahan pemain asal Bantul, ini bahkan cukup memanas. Ada yang pro dan ada pula yang kontra.
Status-status bernada cibiran, atas keputusan pemain bernomor punggung 8 ini melintas di jagad maya. Bahkan sebuah spanduk bertuliskan rasah bali le!!! Kene wes udu omahmu, sempat terpampang di pagar pintu masuk Wisma Soeratin, di Jalan Mawar, Baciro, yang juga menjadi tempat tinggal para penggawa PSIM Jogja. Namun kemarin, spanduk tersebut sudah raib.
Nah, Selasa (23/10) warganet pencinta sepak bola kembali dibuat terkejut oleh pemain yang berposisi sebagai play maker itu. Melalui akun instagramnya @hendikaargapermana, dia menuliskan pernyataan mengenai pengunduran diri dari dunia sepak bola profesional. Dalam status yang dituliskannya, Hendika mengaku tidak mendapatkan kesenangan dari bermain sepak bola. ”Sulit bagi saya untuk mendapat kebahagian serta kebebasan dengan keadaan seperti saat ini,” jelas Hendika dalam status media sosialnya disertai foto dirinya di masa kecil.
Setelah memutuskan pensiun melalui akun Instagram-nya, upaya Radar Jogja untuk mengorek keterangan lebih jauh tentang apa yang terjadi, hingga kemarin masih sulit didapat. Pesan WhatsApp dan panggilan telpon yang ditujukan kepadanya tak jua direspons.
Siang kemarin, Hendika bersama gelandang PSIM, Raymond Tauntu tampak mengantarkan rekan setimnya Riskal Susanto yang pulang ke Samarinda, melalui Bandara Adisutjipto. Hal itu diketahui dari status yang dipasang oleh Raymond. Namun, upaya untuk bertemu Hendika di bandara lagi-lagi kandas. Karena yang bersangkutan terlebih dahulu meninggalkan bandara. ”Sudah pisah, tadi sempat bareng. Katanya pulang ke rumah,” kata Raymond saat dihubungi.
Upaya untuk bertemu di kediamannya, di kawasan Jetis, Sriharjo, Imogiri, Bantul pun gagal. Di rumah yang cukup sederhana di Jalan Siluk-Imogiri, Radar Jogja hanya menjumpai sang ibu, Ermy. ”Tadi pagi izin pamit. Memang akhir-akhir ini kalau pulang selalu malam,” kata sang ibu.
Sang bunda pun mengaku cukup terkejut atas keputusan si bungsu pensiun dari dunia yang telah membesarkannya. ”Hendika bilang ke saya, mau berhenti main bola,” kata Ermy.
Ermy sendiri tidak mengetahui secara pasti penyebab anaknya memutuskan untuk pensiun dari sepak bola profesional. Padahal sebelumnya Hendika sempat bercerita, terkait kepindahan ke PSS Sleman. ”Minggu kemarin sempat cerita-cerita soal pindah ke PSS,” katanya.
Sang ibu mengenang bahwa Hendika sendiri merupakan sosok pecinta sepak bola. Dia menyebut sejak kelas 3 SD anaknya tersebut sudah gemar menonton sepak bola di layar televisi. Dan ketika menginjak SMP, sang pemain pun didaftarkan ke Sekolah Sepak Bola MAS Jogjakarta. ”Saya dan almarhum bapaknya yang antar jemput,” katanya.
Ermy pun mengaku terpukul atas keputusan sang anak yang pensiun dari dunia sepak bola. Namun, dia tidak bisa melarang karena keputusan anak sudah bulat. ”Memang sejak kecil begitu kemaunnya keras,” jelas disertai tetesn air mata.
Hendika, jelasnya, sempat curhat ke sang ibu bahwasannya, dirinya ingin bermain di babak delapan besar. Hendika sempat bertutur, bahwa kewajibannya di PSIM sebenarnya sudah selesai, dan ingin mencari pengalaman dan tantangan yang lebih besar. ”Dia bilang ke saya mau mencari pengalaman ,” katanya.
Setelah memutuskan pensiun dari sepak bola, Hendika belum bercerita kepada dirinya mengenai masa depan selanjutnya. Namun dia berharap, anaknya tersebut kembali menekuni olahraga yang memang dicintai sejak kecil. ”Bapaknya kan menginginkan dia menjadi pemain sepak bola profesional,” jelasnya.
Mantan Presiden Brajamusti Rahmat Kurniawan menyangkan keputusan pensiun dini dari Hendika. Termasuk, kepindahannya ke PSS Sleman. ”Sabagai suporter meluapkan kekecewaan itu pasti, apalagi dia pindah ke tim yang kini menjadi rival dari PSIM,” kata pria yang akrab disapa Mamex itu.
Menurutnya, keberagaman suporter sangat sulit untuk dikendalikan. Bila ada teror dari suporter, menurutnya itu merupakan dinamika dari sepak bola. Namun dia meyakini, teror yang disampaikan kepada Hendika tidak sampai pada perbuatan yang merugikan pemain.
”Kita semua tahu, bagaimana saat Rangga dan Abda Ali pindah ke PSS, itu terornya lebih parah lagi,” jelasnya. (din/fj/mo2)