EKSTRAKULIKULER ternyata memegang peranan penting untuk perkembangan anak. Selain sarana refreshing, kegiatan pasca-pelajaran itu dapat membuat anak memiliki keseimbangan, cerdas di bidang akademik, berprestasi pula di nonakademik.

Demikian yang membuat Agung Budi Raharjo bertahan selama enam tahun sebagai head coach SMAN 1 Jogja (Teladan). Walaupun mayoritas anak asuhnya belum mengenal basket saat menginjakkan kaki ke lapangan, namun kesabaran dan dedikasinya melatih membuatnya terpilih sebagai Boys First Team Coach Honda DBL D.I.Jogjakarta Series 2018.

‘’Mayoritas pemain kami di Teladan baru berkenalan dengan basket di bangku SMA. Justru di situlah saya mendapat tantangan dan kepuasan sekaligus. Tertantang untuk bisa membuat mereka menyukai dan bisa bermain basket. Puas, ketika nantinya mereka bias berprestasi,” cerita pria kelahiran 29 Agustus 1990 itu.

AKADEMIK: Agung Budi Raharjo saat berada di tengah anak asuhnya saat digelar Honda DBL D.I>Jogjakarta Series 2018
(ABRAHAM GENTA BUWANA/DBL INDONESIA)

Agung memulai karier melatih sejak 2012. Saat itu setelah memutuskan gantung sepatu sebagai pemain di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogjakarta, dia tertarik mendalami dunia kepelatihan. Pada tahun itu pula dirinya mulai mencari lisensi agar dapat membawa tim saat pertandingan resmi.

‘’Saya mulai dengan membantu menjadi assistant coach untuk UAD. Kemudian pada 2013 mulai pegang salah satu tim SMA swasta di Jogja. Pada tahun itu pula setelah menyelesaikan satu event dengan tim yang lama, saya mendapat tawaran menjadi pelatih di Teladan,” ucap Agung.

Sebagai pelatih, dia punya visi membentuk karakter siswa. Dia ingin anak asuhnya tidak sekadar cerdas dalam bidang akademik, tapi juga di bidang non-akademik, basket menjadi salah satu jalannya. Dengan ikut basket, anak bisa memiliki banyak teman, sekaligus dapat mengeluarkan potensinya yang lain. Basket juga membuat sang anak fresh, dan kembali bersemangat belajar.

‘’Banyak pihak menganggap apa gunanya bermain basket? Mereka berpikir bahwa ekstrakulikuler non-akademik itu buang-buang waktu. Padahal sebaliknya, dengan ikut basket, anak jadi lebih fresh. Dia juga punya banyak teman yang bisa membantunya ketika kesulitan di bidang akademik. Mereka punya waktu untuk belajar bersama, sharing banyak hal, dan karakter anak jadi terbentuk,” terangnya.

Pelatih yang juga atlet baseball dan softball ini tak tanggung-tanggung kalau bicara soal melatih karakter siswa. Dalam sesi latihan, jika satu siswa saja dalam tim basket terlambat datang latihan tanpa alasan, dia akan pulang, dan memilih tidak melatih. Begitu juga menerapkan kaleng kata-kata kotor. Kaleng ini mesti diisi Rp 1.000 oleh siswa yang saat berlatih mengucapkan kata-kata tak pantas.

‘’Uangnya bukan buat saya, tapi buat uang kas tim. Aturan itu diterapkan supaya anak-anak terbiasa memiliki attitude baik di lapangan. Semua harus dimulai dalam latihan, agar saat pertandingan jadi terbiasa. Di basket kami tidak sekadar memainkan bola, tapi juga mengajarkan seseorang bersikap baik,” katanya.

Meski langkah SMAN 1 Jogja terhenti di babak fantastic four pada Honda DBL D.I.Jogjakarta Series 2018 Oktober lalu, Agung puas atas kinerja anak asuhnya. Dia jadi bisa memacu semangat pemain Teladan meraih target lebih tinggi tahun depan. Selain itu dalam membawa tim, Agung selalu berpegang pada filosofi 70 persen defense, 30 persen offense.

‘’Meski kalah, setidaknya tim basket SMAN 1 Jogja punya target lagi untuk tahun depan. Mereka harus bisa melampaui apa yang sudah tercapai tahun ini. Jadi biar makin semangat nanti melatih. Kekuatan bertahan yang baik tentu akan membuat musuh kerepotan, sementara offense harus efektif,” tuturnya.

Menjadi arsitek untuk sebuah tim yang selalu dipenuhi siswa yang baru berkenalan dengan dunia bola basket, tidak membuat Agung repot. Dia menikmati proses itu karena memulai sesuatu dari nol, lebih menyenangkan.

‘’Ibarat rumah, kalau beli jadi ada beberapa bagian tidak sesuai keinginan, lebih baik membangun sendiri, meski prosesnya lama. Tapi ketika sudah jadi, kita puas. Di basket juga sama, saya lebih suka mengenalkan dan membentuk anak menjadi bisa bermain basket. Saya bisa arahkan dia sesuai dengan potensi dan kebutuhan tim. Ketika tim berprestasi, ada kepuasan tersendiri. Karena jadi tahu, ini adalah hasil dari proses kerja keras selama ini,” kesan Agung. (ata/iwa/fj/mo2)