Gelar Budaya Merti Code kembali digelar masyarakat Jetis, Yogyakarta. Tahun ini penyelenggaraan Merti Code memasuki tahun ke-16. Acara kali pertama diadakan pada 2002 silam. Merti Code kemudian rutin diadakan saban tahun. Sama seperti tahun lalu, Merti Code dipusatkan di Taman Kali Code Pasiraman- RW 08 Cokrokusuman, Jetis, Yogyakarta pada Sabtu (10/11).

Kegiatan yang mendapatkan dukungan Dinas Pariwisata DIY itu dinilai menjadi ajang promosi bagi Kampung Wisata Cokrodiningratan. Selama ini kampung wisata tersebut menjadi Sungai Code sebagai ikonnya.

“Merti Code yang berada di Kampung Wisata Cokrodiningratan itu bisa dikolaborasikan sebagai daya tarik bagi wisatawan,” ungkap Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY Dwi Wahyu Budiantoro menanggapi penyelenggaraan Gelar Budaya Merti Code 2018 Minggu (11/11).

Dwi mengingatkan, kampung wisata akan terus hidup dan dikunjungi wisatawan jika memiliki banyak even atau kegiatan. Tanpa adanya kegiatan, jangan harap kampung wisata dapat eksis. “Jika tidak eksis, maka tidak ada wisatawan yang datang,” katanya.

Anggota dewan dari daerah pemilihan (Dapil) Kota Yogyakarta itu mengapresiasi penyelenggaraan Merti Code yang telah berlangsung lebih dari satu dasawarsa. “Lebih tepatnya kalau 16 tahun itu sama dengan dwi windu,” ujar wakil rakyat yang tinggal di Kotagede ini.

Untuk menjaga eksistensi kampung wisata, Dwi ingin 17 kampung wisata di Kota Yogyakarta memperbanyak kegiatan. Baik berupa atraksi wisata maupun budaya. Gelar Budaya Merti Code merupakan salah satu contohnya. Karena itu, dia berharap pemerintah daerah terus memberikan dukungan dan perhatian terhadap kegiatan yang diinisiasi masyarakat tersebut.

Gelar Budaya Merti Code diadakan Sabtu (10/11) malam mulai pukul 19.30. Acara diawali dengan seni hadroh Cokrokusuman. Kemudian dilanjutkan karawitan Cokrowiromo. Puncak acara ditandai dengan pagelaran “Lampor” atau Kolaborasi Seniman Kali Code Jetis Terban. Meski turun hujan, acara tetap berjalan. Seluruh peserta Merti Code mengikuti semua rangkaian ritual dengan khidmat.

Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY Dwi Wahyu Budiantoro. (KUSNO S UTOMO/RADAR JOGJA)

Ketua Panitia Gelar Budaya Merti Code Yulius Krisnanto mengatakan kegiatan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Merti Code 2018 ini tanpa diwarnai dengan kirab budaya. “Kendalanya karena keterbatasan dana,” terangnya. Tiadanya dana itu membuat Merti Code nyaris batal digelar.

Di tengah kebingungan warga itu, panitia kemudian bertemu dengan Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY Dwi Wahyu Budiantoro. Solusi kemudian diperoleh. Merti Code tetap berjalan minus dengan kirab budaya.

Wakil Ketua Panitia Merti Code Sudiyarso menambahkan, acara diawali dengan pengambilan air dari tujuh sumber mata air. Yakni sumber mata air di Turgo, Boyong, Jetisharjo, Cokrokusuman dan sumber mata air di Terban. Dalam acara itu juga dibawa replika tombak Kyai Ranumurti, pemberian Sultan Hamengku Buwono X kepada masyarakat Kali Code pada 2003 silam.

Acara dimeriahkan dengan penampilan Bregada Uran Uran dari Kampung Cokrokusuman dan Bregada Pasembada dari warga Jetis Pasiraman. Sedangkan masyarakat Jetisharjo menghadirkan tarian dari Sanggar Seni Tedjo Budoyo Juga srandul Surya Arum, jatilan Code Laras dan ketoprak Cekak Bagong. (kus/by/mg3)