JOGJA – Tujuh gunungan dari keraton diperebutkan dalam Garebeg Maulud Rabu (21/11). Sebanyak lima di antaranya dibawa ke Masjid Gedhe Kauman. Lainnya ke kompleks Kepatihan dan Pura Pakualaman.

Perayaan lahirnya Nabi Muhammad SAW ini tak pernah sepi pengunjung. Seperti Garebeg Maulud di Masjid Gedhe Kauman. Usai didoakan, isi gunungan langsung dirayah. Bahkan, di antaranya ada yang nekat melompat ke puncak gunungan.

”Hanya dapat kerangka bambu gunungan,” jelas Slamet Raharjo, 63, seorang pengunjung.

Warga Maguwoharjo, Sleman, ini tak pernah absen dalam setiap Garebeg Maulud. Dia percaya setiap benda yang diperolehnya dari gunungan membawa keberuntungan dan keselamatan. Seperti bambu bekas kerangka gunungan.

”Nanti akan saya gantung di rumah,” ucap Slamet yang mendapatkan bengku saat Garebeg Maulud tahun lalu.

Seperti di komplek Kepatihan, Garebeg Maulud di Masjid Gedhe juga menarik perhatian wisatawan mancanegara. Di antaranya, Elli Okamoto, 28. Turis asal Jepang ini menilai, perayaan tradisi budaya di Jogjakarta berbeda dengan di negaranya.

”Kalau di tempat kami yang diperebutkan makanannya saja. Kalau di sini semua,” ucap wisatawan yang baru pertama melihat Garebeg Maulud.

Koordinator Perakit Gunungan Panikaryo Panewu menyebut tiga di antara gunungan merupakan Gunungan Kakung. Empat lainnya Gunungan Dharat, Pawuhan, Estri, dan Gepak. Tujuh gunungan ini dibuat mulai sehari sebelumnya.

”Gunungan berisi berbagai macam makanan. Seperti kacang panjang, telur asin, cabai merah, cabai hijau, rengginang, dan kue-kuean. Kecuali Gunungan Gepak. Isinya buah-buahan,” jelasnya. (cr10/zam/rg/mg3)