SLEMAN – Mundurnya musim penghujan di Sleman berdampak pada sektor pertanian. Mengakibatkan musim tanam menjadi mundur.

Musim tanam yang ditetapkan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman mundur. Tadinya Oktober-Maret (Okmar), menjadi November 2018 akhir.

Kepala DP3 Sleman, Heru Saptono mengaku tetap optimistis produksi padi tetap mengalami surplus. Walaupun jumlahnya tidak akan sebanyak tahun lalu.
“Musim tanam mundur, panen juga mundur. Tentu ada penurunan jumlah panen. Namun kami tetap optimistis mendapat surplus beras pada musim tanam ini,” kata Heru di sela tanam bersama di Sorogedug Lor, Madurejo, Prambanan, Jumat (30/11).

Pada musim tanan tahun ini, pihaknya menargetkan luas lahan tanam padi 2.500 hektare. Namun hal itu agaknya sulit terealisasi akibat hujan yang terlambat datang. “Setidaknya kami ada target 2.000 hektare lahan pertanian padi di tahun ini,” ujarnya.

Guna menambah hasil panen, kata Heru, pihaknya mendorong petani menggunakan alat mesin pertanian (Alsintan). Sebab dalam pergeseran era menuju modernisasi, penggunaan alsintan akan memudahkan kinerja para petani. “Selain menekan biaya produksi, hasil panen tetap tinggi,” ujarnya.

Berkembangnya teknologi pertanian ini, dibarengi minat anak muda bertani. Saat ini, petani di Sleman rata-rata sudah tua dan jarang ada anak muda. “Dengan Alsintan harapannya mendorong anak muda terjun ke pertanian,” harapnya.

Ketua Kelompok Tani Ngudi Mekar, Hartono mengatakan sudah dua tahun dia menggunakan transplanter. Selama itu juga produktivitas padi di daerahnya meningkat.

“Biasanya hanya dapat sembilan ton, dengan Alsintan bertambah menjadi 10 ton,” ujarnya.

Hasil panen padi varietas Inpari 30, kata dia, sebagian digunakan untuk mencukupi kebutuhan Beras Sleman. Sebab, kualitas beras dari daerahnya tergolong tinggi. “Bahkan permintaan itu justru banyak dari luar daerah,” ujarnya.

Soal harga, dia tidak khawatir. Pasalnya kepastian terjual dan kepastian harga sudah didapat dengan adanya Gapoktan di masing-masing daerah. “Jadi jualnya bukan ke tengkulak tapi ke Gapoktan sehingga mata rantai panjang itu bisa diputus,” katanya.

Bupati Sleman Sri Purnomo (SP) yang hadir dalam kegiatan tersebut menjelaskan bahwa teknologi yang digunakan petani-petani di Sleman merupakan upaya Pemkab efisiensi penanaman padi. Selain itu, jumlah tenaga kerja pertanian semakin berkurang.

“Disamping menekan biaya produksi, petani tidak kewalahan. Menekan biaya produksi, tetapi hasilnya semakin meningkat,” kata SP. (har/iwa/zl/mg3)