Perkembangan teknologi yang kian pesat turut mempengaruhi aspek pendidikan. Masuknya industri 4.0 menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi institusi pendidikan untuk siap menghadapi tantangan. Tantangan itu tak hanya dalam bentuk persaingan akademik, tapi juga kompetensi.
Oleh sebab itu, kini perguruan tinggi dituntut mampu mencetak lulusan dengan beragam kemampuan softskill. Hal itu disampaikan langsung Kepala Bagian (Kabag) Penjaminan Mutu UGM Dr Leni Sophia Heliani ST, MSc saat menghadiri sidang terbuka Dies Natalis ke-16 Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) Jogjakarta (28/11).
Leni berpendapat, softskill itu akan memudahkan para jobseeker setelah lulus dari perguruan tinggi. Sebab, kelak tantangan yang harus dihadapi bukan sekadar kepandaian. Namun juga peningkatan kreativitas.
“Di masa yang akan datang, saingan manusia adalah mesin. Yang membuat kita unggul, ya kreativitas itu,” kata Leni. Dia pun menuturkan, mesin bisa melakukan penghitungan canggih. Maka, lewat kreativitas manusia bisa membuat program yang menunjang penghitungan tersebut.
“Lembaga pendidikan adalah komponen utama yang menghasilkan tenaga pelatih,” ujar Leni. Di situlah letak keterkaitan antara industri 4.0 dengan pendidikan 4.0. Pada pendidikan 4.0 itu perguruan tinggi dituntut untuk memproduksi pengetahuan. Adanya teknologi pengetahuan yang dihasilkan pun mampu melampaui batas. Sebab kini semua aspek saling terkoneksi.
Leni mengungkapkan, kelak pendidikan akan berbasis luaran. Disebut dengan outcome-based education. Nantinya akreditasi suatu perguruan tinggi akan dilihat dari outcome-nya. “Apakah para lulusannya memiliki kompetensi sesuai apa yang diberikan selama kuliah,” katanya. Wacana itu pun akan coba diterapkan pada 1 April 2019 mendatang.
Di sisi lain, Ketua STTA Marsda TNI (Purn) Dr Ir Drs T Ken Darmastono MSc mengatakan, industri 4.0 membuka peluang kerja sama yang luas kepada perguruan tinggi di luar negeri. Hal itu diakuinya turut mendukung peningkatan mutu pendidikan STTA, khususnya dalam bidang kedirgantaraan.
Dia berharap mahasiswa bersama segenap dosen dan karyawan STTA senantiasa memajukan mutu pendidikan. “Sehingga kelak akreditasi kampus kian baik dan bisa menjadi institut teknik berkompeten,” katanya.
Hingga kini STTA berupaya memfasilitasi para pengajar dan mahasiswa untuk terus mengembangkan kemampuan. Dosen misalnya, diberi fasilitas agar mampu melanjutkan jenjang S3, bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam negeri ataupun luar negeri. Begitu pula dengan mahasiswa. (cr9/laz/fn)