Anak Anda susah makan? Jangan khawatir. Mungkin anak Anda mengalami food neophobia. Atau penolakan terhadap makanan baru. Food neophobia biasanya dialami anak usia 1-3 tahun (batita/bawah tiga tahun). Kebutuhan energi anak batita lebih rendah dibandingkan bayi. Kecepatan tumbuh batita juga melambat dibandingkan bayi. Beberapa faktor inilah yang sering membuat orang tua mengeluhkan anaknya mengalami masalah makan. Ini sebenarnya fase normal dalam perkembangan anak.

dr. Nur Muhammad Artha MSc Mkes SpA (RADAR JOGJA FILE)

Kendati demikian, ada baiknya orang tua mengatur pola dan jenis makan bagi anak batita. Buatlah jadwal makanan secara teratur setiap hari. Tiga kali makanan utama. Dengan selingan dua kali makanan kecil (snack), diberikan di antara makan makanan utama. Namun perlu diingat, waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit. Berikan hanya air putih di antara waktu makan. Susu juga baik untuk tumbuh kembang anak yang sulit makan. Berikan susu setidaknya dua sampai tiga kali sehari.

Faktor lingkungan bisa jadi turut menjadi penyebab anak mengalami food neophobia. Untuk pencegahan, ciptakan suasana lingkungan anak yang menyenangkan. Jangan ada paksaan untuk makan pada anak. Saat makan usahakan tidak ada distraksi berupa mainan, televisi, perangkat permainan elektronik, dan lain sebagainya. Dan tak kalah penting, jangan berikan makanan sebagai hadiah bagi anak sebagai wujud apresiasi.

Orang tua juga perlu mendorong anak untuk mandiri ketika makan. Supaya mereka terbiasa makan sendiri. Jika anak menunjukkan tanda tak mau makan, misalnya: mengatupkan mulut, memalingkan kepala, atau bahkan menangis, tawarkan kembali makanan secara netral. Maksudnya, tawarkan makanan itu tanpa bujukan atau paksaan. Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, maka akhiri proses makannya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pernah meneliti masalah makan pada anak. Diklasifikasikan dalam beberapa hal. Antara lain: inapropriate feeding practice, small eaters, parental misperception, dan food of preference (picky eater dan selective eater). Inapropriate feeding practices adalah penyebab terbanyak masalah makan pada anak.

Langkah awal dalam penanganan keluhan masalah makan pada batita adalah penilaian status gizi dan penerapan aturan makan. Aturan makan bagi anak batita setidaknya dibagi tiga bagian. Penjadwalan, prosedur, dan lingkungan.
Jika terdapat penerapan aturan makan yang salah segeralah diperbaiki.

Pemberian jadwal makan dan pembatasan waktu makan tanpa memaksa anak menghabiskan makanan merupakan pendekatan psikologis. Cara ini akan memberi ruang pada anak untuk mandiri, sekaligus mengenalkan konsekuensi.
Setiap kali ibu memperbolehkan batita makan sedikit, di satu titik jika dia lapar, giliran orang tua menerapkan aturan makan diluar jadwal tidak diperbolehkan. Jika demikian, maka anak batita akan menyesuaikan dengan pola makan yang benar dan mandiri menentukan jumlah makanannya.
(*/yog/fn)