RADARJOGJA.CO.ID – BANTUL – Kepala Dinas Pa-riwisata (Dispar) Bantul Kwintar-to Heru Prabowo menyadari jumlah kunjungan di Goa Cerme turun. Berbagai sarana prasara-na (sarpras) di objek wisata (obwis) yang terletak di Dusun Srunggo, Selopamioro, Imogiri, itu juga masih minim. Kalah dibanding dengan beberapa obwis di Bumi Projotamansari.

Namun, Kwin, sapaannya, me-nyebut dinas cukup dilematis dalam penanganannya. Terlebih, dalam menambah sarpras. Se-perti perbaikan akses jalan, me-masang papan penanda jalan, hingga memasang jaringan list-rik. Salah satu penyebabnya, letak geografis Goa Cerme ter-bagi dalam dua wilayah. Yaitu, Bantul dan Gunungkidul.

”Bantul hanya mengelola sam-pai depan mulut goa. Dalam goa sudah masuk Gunungkidul,” jelas Kwin di sela meninjau per-siapan Natal dan tahun baru Senin (24/12).

Penyebab lain adalah penda-patan asli daerah (PAD). Bekas camat Sewon ini menyebut PAD yang disetorkan Goa Cerme mi-nim. Hanya sekitar 40 jutaan per tahun. Di sisi lain, biaya opera-sional yang dikeluarkan dispar untuk Goa Cerme lebih dari Rp 100 juta. Itu untuk gaji dua apa-ratur sipil negara (ASN) dan dua pegawai harian lepas (PHL) yang menjaga retribusi di Goa Cerme. Hitung-hitungannya, satu ASN per bulan mendapatkan gaji pokok plus tunjangan kinerja (tukin) sekitar Rp 3,5 juta per bulan. Sedangkan dispar juga harus membayar gaji seorang PHL Rp 1,6 juta per bulan. ”Kalau ASN dan PHL total empat orang tinggal mengalikannya,” ucapnya.(ega/zam/jiong)