GUNUNGKIDUL – Gelombang tsunami di Selat Sunda Sabtu (22/12) malam berdampak pada kunjungan wisatawan di Gunungkidul. Target 344 ribu wisatawan saat musim liburan panjang Hari Natal tak terpenuhi. Meski, kondisi gelombang di pantai selatan landai.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul Asty Wijatanti mengatakan, hingga sekarang belum menghitung berapa jumlah wisatawan yang melancong di Bumi Handayani saat musim liburan panjang Hari Natal. Namun, Asty pesimistis jumlah kunjungan sesuai target.
”Kami sebenarnya menargetkan 3,5 juta wisatawan selama 2018. Sepertinya target itu berat,” jelas Asty saat dihubungi Selasa (25/12).
Tanda-tanda gelombang pengaruh tsunami terlihat dari perilaku wisatawan. Tidak sedikit wisatawan yang bertanya kepada petugas penarik retribusi. Soal potensi tsunami di pantai Gunungkidul. Apakah objek wisata (obwis) aman untuk dikunjungi.
”Antrean di pintu masuk juga tidak panjang,” ucapnya.
Selain dampak tsunami, Asty menyebut ada penyebab lain turunnya jumlah wisatawan. Jadwal libur tidak serentak.
Berdasar data dispar, jumlah wisatawan yang terekap baru pada Sabtu dan Minggu (22-23/12). Dalam dua hari itu hanya tercatat 53 ribu wisatawan.
Sekretaris SAR Satlinmas Korwil II Gunungkidul Surisdiyanto mengatakan, musim libur panjang akhir tahun dalam posisi siaga. Tim SAR menerjunkan 57 personel. Mereka disebar di sejumlah obwis pantai.
Mengenai tinggi gelombang, Dia melihat, tidak lebih dari tiga meter alias landai. Meski demikian, Surisdiyanto tetap menyarankan pengunjung mengontrol aktivitas bermain air di pantai.
”Termasuk mewaspadai aliran sungai di Pantai Baron,” ingatnya.
Pada bagian lain, Koordinator Tim SAR Satlinmas Korwil II Gunungkidul Marjono meminta pengunjung mewaspadai ceruk tebing. Lantaran tidak sedikit wisatawan yang memanfaatkan ceruk tebing untuk berteduh. Padahal, ceruk tebing rawan longsor.
”Sehingga ceruk tebing di beberapa obwis dipasangi garis polisi,” ujarnya.
Tim SAR, kata Marjono, juga memasang papan peringatan di sekitar ceruk tebing. Personel tim SAR juga rutin memberikan peringatan kepada wisatawan. Baik melalui pengeras suara atau langsung.
”Karena sebagian wisatawan sering mengabaikannya. Mereka tetap berteduh di ceruk tebing,” katanya. (gun/zam/fn)