BANTUL – Daun kelor kerap dipandang sebelah mata. Namun tidak bagi Siti Haida Hutagaol. Terlebih setelah dia tahu khasiatnya. Dari penelusuran di internet, Haida dibuat takjub. Daun kelor ternyata bermanfaat untuk menyembuhkan sedikitnya 300 jenis penyakit.
Bisnis yang digeluti mengalami pasang surut. Haida tak goyah. Semangatnya tak pernah punah. Dia terus memproduksi olahan daun kelor. Pada 2015 Haida mencoba mengenali karakteristik daun kelor dan hasil olahannya. Kualitas dan masa kedaluwarsanya. Dia terus melakukan uji coba.
Setelah menemukan formulasi terbaik, produk pertama diluncurkan. Pada 2016. Wedang kelor, namanya. Dititipkan di salah satu pusat oleh-oleh di Bantul. Sebanyak 17 bungkus. Harganya Rp 3 ribu sebungkus. Semua habis terjual. Melihat tren positif, Haida makin mantap. Untuk terus memproduksi wedang kelor. Sambil mencari formula baru. Untuk produk baru pula. Selain wedang kelor, Haida membuat olahan seperti kopi dan peyek. Juga berbahan daun kelor. Yang dia peroleh bahannya dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Rejeki.
Roda bisnisnya tetap saja naik turun. Karena Haida cenderung “tunggu bola”. Ingin usahanya maju, Haida pun turun gunung. Mencari informasi. Di Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Bantul. “Saya ingin tahu bagaimana mengembangkan bisnis ini,” ungkap Haida kepada Radar Jogja Kamis (3/1).
Berbagai acara pelatihan bisnis dia ikuti. Dari situ pemilik took Kelorida di Gedongan, Trirenggo, Bantul memperoleh kiat. Tentang cara promosi. Lewat media sosial maupun brosur. Hingga penjualan produk olahannya meningkat pesat.
Produk-produk baru pun berhasil dia ciptakan. Tentu masih berbahan daun kelor. Seperti coklat putih campur bubuk daun kelor, masker wajah dan badan. Serta mi daun kelor yang diyakini baik untuk menurunkan berat badan. “Rasanya memang tidak enak, karena tidak menggunakan tepung terigu,” jelasnya.
Sedangkan olahan kopi yang diproduksinya murni dari daun kelor. Tanpa campuran biji kopi. Daun kelor dikeringkan, kemudian disangrai sampai warnanya berubah hitam pekat. Selanjutnya dihaluskan menjadi bubuk. Sehingga tampak seperti bubuk kopi.
Dari berbagai literatur yang diperoleh Haida di internet, daun kelor memiliki berbagai manfaat. Baik dikonsumsi maupun untuk tubuh bagian luar sebagai masker. Di antara manfaatnya adalah meningkatkan metabolisme dan ketahanan tubuh, mengurangi kerutan, serta memperindah kulit. Meningkatkan fungsi normal hati dan ginjal, memudahkan pencernaan, serta bisa mengurangi asam urat. Tentu jika dikonsumsi secara teratur.
Kandungan dari daun kelor kering, tambah Haida, setara 15 kali kandungan potassium pisang, 10 kali lebih banyak vitamin A pada wortel, dan 17 kali lebih banyak mengandung kalsium dibanding susu.
Saat ini tak kurang 18 produk dihasilkannya. Penjualannya pun tak hanya di sekitar Jogjakarta. Tapi telah merambah kota-kota besar se- Jawa dan luar Pulau Jawa.
Semua itu belum sepenuhnya membuat Haida berpuas diri. Dia bertekad menjadikan wedang kelor sebagai minuman khas Kabupaten Bantul. Haida juga menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menyempurnakan formulasi wedang daun kelor. Agar bisa menjadi produk kemasan siap minum. “Saya bermimpi agar semua orang sehat lewat olahan yang sehat pula,” tuturnya. (cr7/yog)