SLEMAN – Polres Sleman tak akan menolerir aksi jalanan alias klithih. Upaya represif akan ditingkatkan guna mengikis kejadian di jalanan. Beberapa kasus terus diungkap. Dikenai pasal berlapis. Mulai pasal penganiayaan hingga undang-undang darurat.
Kapolres Sleman AKBP Rizky Ferdiansyah memastikan, Satgas Progo Sakti Polres Sleman atidak sekadar wacana. Satuan tugas tersebut dalam pembentukan. Perannya seperti tim reaksi cepat atas laporan maupun kejadian di masyarakat.
“Upaya preemtif dan prefentif belum ideal. Tindakan tegas tetap kami berikan apabila terbukti kriminal murni. Satgas Progo Sakti tak ubahnya milik Polda. Namun lingkupnya wilayah Polres Sleman,” kata Rizky (6/1).
Progo Sakti berisikan unit gabungan. Baik reserse, intelkam maupun sabhara. Tugasnya mulai pencegahan hingga penanganan. Peran tim masih dikuatkan patroli setiap Polsek. Sehingga bisa menjangkau seluruh pelosok.
Di satu sisi, Rizky meminta masyarakat semakin bijak. Tidak main hakim sendiri atas sebuah tindakan kriminal. Agar tidak menimbulkan persoalan baru. Apalagi peran penindakan hukum adalah wewenang polisi.
Mantan Ketua Tim Progo Sakti Polda DIJ tersebut menampik polisi tidak bergerak. Kenyataannya, setiap fenomena selalu terpantau. Pemetaan terus dilakukan setiap hari. Baik lingkup masyarakat maupun unggahan sosial media.
“Pemetaan sudah kami lakukan untuk setiap kejahatan jalanan. Tapi untuk proses hukum tetap ada tahapnya. Dari pengumpulan bukti hingga keterangan saksi. Kami tidak diam. Tapi kami juga mengimbau masyarakat melapor jika ada kejadian,” ujar Rizky.
Dia meminta orang tua lebih tegas dan protektif terhadap anaknya. Bukan mengekang. Namun mengawasi anak. Persoalan tidak akan timbul jika anak ramah di rumah. Berbeda jika anak sudah keluar rumah.
“Jangan jadi orang tua yang cuek. Harus tahu aktivitas anak apa saja. Awasi pergaulannya. Larang jika memang berdampak negatif dan merugikan anak,” pesannya.
Belum lama ini, aksi penganiayaan terjadi di Warmindo, Jalan Rajawali, Manukan, Condongcatur. Tergolong nekat, karena lokasinya tidak jauh dari Mapolda DIJ. Pelakunya diduga berusia muda dengan rentang usia belasan tahun
Pemilik warung, Retno Sekarsari, 35, mengungkapkan pelaku puluhan. Seluruhnya menggunakan sepeda motor yang jumlahnya juga puluhan. Awalnya pelaku mondar mandir di depan warung miliknya. Sejurus kemudian hujan batu dan galah bambu terjadi.
“Awalnya ke utara naik motor sambil bleyer-bleyer. Lalu berhenti di utara warung. Saat mendekat langsung melempar. Saya keluar, tapi malah kena lemparan di bagian tangan,” kata Retno.
Dia tak tahu alasan dan tujuan aksi tersebut. Retno sempat melihat dan bertanya kepada para pelaku. Namun pertanyaan ibu dua anak ini tidak diacuhkan. Para pelaku terus menghujani warung miliknya dengan batu dan galah bambu.
Selang sehari, seorang pelaku kembali ke warungnya. Tak menyiakan kesempatan, dia bertanya alasan penyerangan. Dari keterangan pelaku diketahui tidak ada alasan jelas. Bahkan pelaku cenderung random dalam beraksi.
“Katanya salah sasaran. Karena mencari seseorang. Akibat kejadian tersebut, anak saya yang masih balita trauma. Hampir kena lemparan batu. Tapi dihalangi salah satu pengunjung warung,” kata Retno.
Dia tak tinggal diam. Selang satu jam mendatangi Polsek Depok Timur untuk melapor. Retno berharap ada langkah hukum bagi pelaku. Dia meminta langkah pencegahan atas aksi kejahatan jalanan. (dwi/iwa/fn)