SLEMAN – Wayang bisa dinikmati anak-anak. Tentunya dengan pendampingan orang tua dan memodifikasi alur cerita dan tampilan.

Wayang Kancil namanya. Sejenis dengan wayang kulit, Wayang Kancil ditampilkan dalam bentuk binatang berukuran kecil.

Praktisi Wayang Kancil, Eddy Pursubaryanto mengatakan, melalui Wayang Kancil, anak-anak bisa mengetahui budaya Indonesia. Selain mengenalkan cerita rakyat, anak-anak bisa belajar alat musik tradisional yang digunakan saat pertunjukan wayang.

Wayang Kancil muncul di Surakarta pada 1920. Dihidupkan oleh Raden Sunan Massaid. Namun Wayang Kancil tidak bertahan lama. Lalu pada 1980, Wayang Kancil dikenalkan lagi oleh Ki Ledjar Subroto di Jogjakarta.

Masalah dihadapi Ki Ledjar. Dongeng kancil yang masih dianggap tipu-menipu, berimbas pada Wayang Kancil. Kemudian, cerita Wayang Kancil mulai memosisikan kancil bukan sebagai penipu.

“Kesalahan interpretasi dari lagu anak-anak soal Si Kancil Anak Nakal,” kata Eddy usai pertunjukan Wayang Kancil di Jogja Green School (6/1).

Salah seorang ibu yang mendampingi anaknya, Hendri Inten Mawarti, 37, senang bisa mengikuti pertunjukan Wayang Kancil. Membuat anak tetap bisa mengenal budayanya.

Anak-anak bisa mengenal jenis-jenis hewan. Serta cerita rakyat zaman dahulu. Kegiatan membuat wayang kancil bisa mengasah sensor motorik dan sosialisasi anak dengan lingkungan.

“Yang jelas, anak bisa belajar melalui Wayang Kancil,” jelas Hendri. (cr7/iwa/fn)