Tren fotografi mengalami pasang surut sesuai selera masyarakat. Wijoseno, salah seorang Wedding Photografer mengaku tidak punya pilihan terhadap selera konsumennya. Terkadang gambar yang tidak fokus dan terlihat blur, justru disukai.
FRIETQI SURYAWAN, Magelang
“Padahal itu adalah di luar pakem. Tetapi bagaimana lagi. Itu selera. Sehingga memang tren wedding photografi saat ini adalah yang blur dan terkadang tidak fokus,” kata fotografer dari Colorful Photografi dalam workshop Tren Photo Business di Limaran Sporty Bar, Grand Artos Hotel Magelang, Jumat (15/2).
Hal senada juga dikemukakan General Manager Fuij Ffilm Indonesia Josef T Kuntjoro bahwa masyarakat justru suka dengan warna yang kontrasnya sangat kuat. Bukan kontras yang balance, sesuai kondisi alam. Hal ini tidak lepas penglihatan masyarakat Indonesia saat ini banyak dipengaruhi gadget.
“Apa pun gagdetnya, kontras warna sangat kuat. Padahal harusnya kontras balance sesuai alam. Makanya, sering-seringlah kembali ke alam. Jangan hanya berdasarkan gadget,” tuturnya.
Workshop tersebut menitikberatkan pada tren bisnis foto dan bisnis foto pernikahan. Tidak kurang dari 200 orang turut dalam workshop ini dengan tujuan meningkatkan kemampuan peserta.
“Di acara ini selain berbagi ilmu seputar bisnis foto, juga kami mengajak para fotografer untuk kembali membudayakan mencetak foto. Sebab, zaman sekarang orang setiap hari hanya jepret saja, sedangkan untuk mencetaknya hanya sepersekian persenya saja. Rasionya sangat kecil,” jelasnya.
Menurutnya, mencetak foto memiliki kelebihan momen yang didapat ketika pemotretan tidak akan hilang begitu saja atau rusak. Otomatis, sejarah pun akan tetap terekam dalam bentuk cetak bermediakan kertas.
“Sebetulnya, bisnis foto itu tidak turun, tapi berubah bentuk. Kami meyakini, bisnis foto akan terus naik ke depannya. Kami harap para fotografer ini juga dapat meningkat skill-nya dan bisa menghasilkan uang lebih banyak lagi dari bisnis foto ini,” paparnya.
Pemilik Yuki Photo Magelang Agus Nugroho mengakui, sebagai pebisnis cetak foto ia menilai orang saat ini mudah sekali mengabadikan momen dengan jepretan foto, baik dengan kamera handphone, poket, maupun profesional.
“Tapi, kebanyakan mereka hanya jepret saja. Urusan mencetaknya ke media kertas hanya sepersekiannya saja. Namun kami melihat masih banyak yang mencetaknya,” ujarnya.
Melihat potensi itu, ia pun belum lama ini menghadirkan mesin baru pencetak foto bernama Noritsu 3801 dengan keunggulan produksi hingga 12R. Mesin ini produk dari Fujifilm, sehingga dalam kegiatan workshop digandeng Fujifilm Indonesia sebagai pemateri.
“Kami ingin sekaligus mengenalkan mesin baru ini ke masyarakat. Utamanya para fotografer yang bergelut di bidang wedding maupun secara umum. Hal ini tidak lepas dari pelanggan kami mayoritas adalah fotografer,” tandas Agus. (laz/tif)