JOGJA – Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-14 yang didukung Dinas Pariwisata DIY masih berlangsung Senin(18/2). Selama hampir sepekan, perayaan PBTY telah menyuguhkan banyak kemeriahan untuk masyarakat. Tak hanya atraksi budaya melalui Malioboro Imlek Carnival, sajian kuliner juga disajikan.
Lebih dari itu, penyelenggara PBTY juga ingin masyarakat terlibat langsung dalam rangkaian perayaan. Keterlibatan itu tak hanya memposisikan masyarakat sebagai penonton, tapi juga penampil.
Beberapa di antaranya diwadahi dengan ragam perlombaan dan pertunjukkan seni. Aksi tari-tarian misalnya, mampu mengenalkan anak-anak pada lagu-lagu Mandarin.
PBTY berlangsung 13-19 Februari 2019, beberapa perlombaan telah diadakan. Beberapa di antaranya yakni lomba shufa, lomba jianzhi, hingga lomba mendongeng dalam bahasa Mandarin. Ragam perlombaan itu bertujuan mengenalkan budaya dan bahasa Mandarin. Tak hanya bagi kalangan tertentu, tapi seluruh lapisan masyarakat.
Lomba shufa atau kaligrafi Tiongkok, menjadi lomba yang diminati para siswa. Diadakan di panggung Bahasa Mandarin Kampung Ketandan, perlombaan shufa dibagi dua kategori. Yakni remaja dan anak-anak.
Sebelum lomba, panitia menggelar workshop tentang shufa. Tujuannya, mengenalkan seni kaligrafi Tiongkok kepada pengunjung. Masing-masing kategori dipilih tiga peserta sebagai juara.
Selain itu, ada pula lomba jianzhi (Chinese paper cutting). Seni menggunting kertas asal Tiongkok. Dahulu seni tersebut ditekuni masyarakat pedesaan. Kini sudah lebih dikenal secara nasional.
Ketua panitia lomba, Rudanti Widya mengatakan, ragam lomba dan workshop bertujuan mengenalkan budaya Tiongkok ke generasi muda. “Dengan workshop dan perlombaan, diharapkan peserta lebih mengenal budaya Mandarin,” ujarnya. (cr9/iwa/mg3)