JOGJA – Selama ini, bonggol jagung banyak yang dibuang begitu saja. Akibatnya, justru sekadar menjadi limbah tak berguna. Nah, keluhan ini ditangkap Stefanus Indri Sujatmiko. Dia mengolahnya menjadi barang bernilai ekonomis, bermanfaat, dan bernilai seni.
Lewat kreativitasnya, bonggol-bonggol jagung itu dia buat menjadi lampu tidur, kotak tisu, lukisan, sampai miniatur bangunan. Ide ini mulai dikembangkan sejak Desember 2015 dan resmi mendirikan Giowari Putra Craft di Sendang Agung, Minggir, Sleman.
Dalam usahanya, Indri menggandeng sejumlah mahasiswa Seni Kriya Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta dan mahasiswa jurusan arsitektur Universitas YKPN (Yayasan Keluarga Pahlawan Negara).”Saya juga memberdayakan sejumlah remaja disabilitas,’’ jelasnya.
Sampai saat ini, Indri mendapatkan limbah bonggol jagung dari Pleret, Seyegan, dan Kulonprogo. Pemilihan bonggol dengan tekstur yang kokoh dan bersih adalah hal utama. Selanjutnya bonggol akan diamplas dan direndam dalam larutan khusus selama tiga jam untuk mengawetkannya.
Proses selanjutnya adalah pemotongan. Bonggol jagung dipotong sesuai kebutuhan dan dibentuk sesuai pesanan atau kebutuhan pasar. Selain menggunakan bonggol jagung, Indri juga memanfaatkan kulit buah salak dan rotan untuk menghasilkan pola. “Biasanya ada bentuk wayang, garuda, dan batik sebagai hiasan di tempat tisu dan lampu,” tambah Indri.
Indri juga menerima pesanan lukisan dari bonggol jagung. Waktu pengerjaan yang memakan waktu dua minggu sampai dua bulan, membuat karyanya dibanderol dengan harga mulai Rp 2,5 juta. Hal ini tergantung pada ukuran dan tingkat kesulitan. Sedangkan untuk lampu tidur dan tempat tisu dibanderol mulai Rp 150.000 sampai Rp 300.000.
Meskipun belum melakukan ekspor secara besar, seluruh produk Indri terutama lukisan sudah menembus pasar internasional. Indri mengaku, sudah banyak pihak yang menawarkan produknya diekspor dalam jumlah yang banyak. Hanya saja Indri masih mempelajari tentang pengembangan produk dan pemberdayaan masyarakat. “Kualitas itu yang harus saya jaga dan memperbanyak barang untuk diekspor juga perlu modal yang tidak sedikit,” jelasnya.
Selain melakukan pemasaran lewat sosial media, Indri juga aktif mengikuti beberapa pameran baik skala nasional maupun internasional. Dalam pamerannya, Indri menampilkan miniatur yang dibuatnya dari bonggol jagung. Seperti monas, menara Eiffel, dan candi Borobudur untuk menarik minat pengunjung.
Dalam sebulan, produk tempat tisu dan lampu tidur bisa menghasilkan omzet sebesar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta. Sedangkan untuk produksi lukisan, Indri mengaku bisa mendapatkan omzet hingga puluhan juta. (cr7/din/mg1)