KAMPANYE Sadar Wisata terus dilakukan Dinas Pariwisata DIY. Kali ini menyasar di Kecamatan Wirobrajan, Yogyakarta. Sejumlah penggiat kampung wisata di Kelurahan Pakuncen dan Patangpuluhan mendapatkan bimbingan teknis peningkatan kapasitas tentang pengelolaan kampung wisata.“Kampung wisata itu jangan terhenti pada status atau predikat. Setelah diresmikan, tidak ada gaungnya. Minim kegiatan dan sepi dari acara. Jadilah kemudian seperti kuburan,” kritik Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY Dwi Wahyu Budiantoro saat tampil sebagai narasumber Kampanye Sadar Wisata 2019 Dinas Pariwisata DIY di Balai Kelurahan Patangpuluhan, Yogyakarta Senin (25/2).
Dwi mengatakan, Kota Yogyakarta punya 17 kampung wisata. Keberadaan kampung-kampung wisata itu dilakukan dengan keputusan wali kota. Namun sayangnya tidak semua kampung wisata itu menggeliat. Sebagian justru seperti kehilangan gairah. Antusiasme kampung wisata, tutur Dwi, keraKampp kali hanya bersifat musiman. “Ramainya kegiatan kalau peringatan HUT Kota. Setelah itu sepi lagi,” sesalnya.Anggota dewan dari Dapil Kota Yogyakarta itu ingin agar keberadaan kampung-kampung wisata memberikan manfaat. Salah satunya dengan menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat. “Kalau tidak menumbuhkan perekonomian untuk apa,” kata Dwi.
Menyikapi keberadaan kampung wisata, dia meminta agar didesain menarik dikunjungi wisatawan. Ada banyak cara dilakukan guna menggaet turis. Di antaranya dengan membuat kegiatan atau even di kampung-kampung wisata. Di samping itu, melibatkan usaha mikro kecil menengah (UMKM). “Kampung wisata harus digarap keroyokan. Tak cukup hanya dinas pariwisata,” lanjut pria yang tinggal di Kotagede ini.
Banyak instansi perlu dilibatkan. Mulai dari instansi yang membidangi perekonomian, perdagangan hingga infrastruktur. Sebagai anggota dewan dia juga mewanti-wanti kesadaran pengelola kampung wisata dan masyarakat akan pentingnya Sapta Pesona.
Pariwisata Jogja, sambung dia, berbasis budaya. Karena itu, dalam setiap penerima kunjungan tamu, sikap ramah harus dikedepankan. Sikap ramah itu akan memberikan kesan sekaligus kenangan. “Kesan pertama wisatawan adalah cara menyambut kedatangan mereka. Jaga perilaku yang baik,” terangnya
Lebih jauh dikatakan, kampung wisata juga memerlukan daya dukung. Di antaranya menyangkut infrastruktur.
Contohnya terkait ketersediaan lahan tanah untuk menopang kegiatan seni budaya kampung wisata. Di beberapa kampung wisata, ketersediaan lahan itu menjadi kendala mereka hendak berkembang.“Kampung wisata juga harus punya rencana kegiatan yang panjang selama setahun agar bisa menghidupkan kampung wisatanya. Jika semuanya jelas, pemerintah daerah siap mendukung,” ujarnya.
Dia juga mengapresiasi kesiapan Kelurahan Pakuncen menjadi Kampung Wisata Kuliner. Dwi berharap agar segala hal terkait dengan peluncuran Pakuncen sebagai pusat kuliner harus disiapkan secara matang. “Siapkan sejak sekarang. Ini agar 2020 sudah bisa berjalan. Saya akan tinjau ke sana,” ungkapnya. (kus/mg4)