DESTANA maupun katana dibentuk di sejumlah desa serta kelurahan se-DIY. Khusus destana berada di empat kabupaten yakni Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul dan Sleman. Sedangkan katana dibentuk di Kota Yogyakarta. Di samping itu juga telah terbentuk sekolah siaga bencana (SSB).“Destana dan katana fokus kegiatannya mengedukasi masyarakat. Destana dan Katana juga membantu BPBD menangani kedaruratan saat terjadi bencana,” ujar Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto.

Eko menginformasikan, hingga akhir 2018 ini telah terbentuk 218 destana/katana dari 438 desa dan kelurahan se-DIY. Tahun ini ditargetkan 35 destana/katana. Yakni 25 destana/katana dibentuk melalui APBD TA 2019 DIY dan tambahan 10 destana/katana dengan APBD Perubahan TA 2019 DIY.
“Untuk 301 desa dan kelurahan rawan bencana selesai pada 2022 dan sisanya 147 desa/kelurahan tuntas pada 2027,” terang Eko.

Indikasi keberhasilan destana dan katana adalah terbangunnya kemandirian penanganan bencana oleh masyarakat. Dengan kemandirian itu, maka masyarakat dapat bergotong royong.  “Berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri menghadapi setiap ancaman bencana. Tak perlu menggantungkan bantuan pemerintah.,” ujar wakil rakyat dari Dapil Kota Yogyakarta ini.

Terkait edukasi, Eko mengatakan, sering kali ada salah pengertian di lapangan menyangkut keberadaan destana, katana dan SSB. Fokus dari ketiganya adalah mengajak masyarakat belajar menanggulangi bencana. Tujuannya agar siap menghadapi segala risiko yang ditimbulkan akibat bencana. “Alhamdulillah saat ini sudah ada 16 Katana di Kota Jogja. Besok Kamis (28/2) menyusul Suryatmajan, Kelurahan Purwokinati, Pakualaman menjadi Katana ke-17 di Kota Jogja,” ungkapnya.

Katana yang terbentuk sebelumnya di antaranya di Kelurahan Giwangan, Warungboto dan Kelurahan Pandeyan, Umbulharjo. Lalu Katana Bausasran, Sosromenduran, Mantrijeron dan Kelurahan Brontokusuman, Mergangsan.
“Muara dari Katana adalah mewujudkan masyarakat yang tangguh menghadapi bencana,” katanya. (kus/mg4)