JOGJA – Kisruh pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2018/2019 lalu menjadi perhatian Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Jogja. Mereka mendatangi Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Jogja, menanyakan antisipasinya. Terutama terkait blank spot atau titik kosong.
“Adanya blank spot saat PPDB lalu sangat merugikan masyarakat, karena akhirnya putera-puterinya gagal masuk sekolah negeri,” ujar Koordinator Forpi Kota Jogja Baharudin Kamba saat pertemuan dengan Disdik Kota Jogja Senin (4/3).
Balnk spot, jelas dia, merugikan siswa yang tidak memiliki akses sekolah dekat dengan tempat tinggalnya. Menurut dia solusi dari Disdik Kota Jogja untuk meningkatkan kuota jalur prestasi, harus dikaji melanggar Permendikbud nomor 51 tahun 2018 tentang PPDB atau tidak.
“Kalau itu melanggar harus dievaluasi, apakah kewenangan itu diberikan kepada masing-masing kabupaten dan kota,” katanya.
Selain itu Forpi juga mengharapkan agar perwal untuk petunjuk teknis PPDB dapat segera ditanda tangani. Itu karena proses sosialisasi panjang. “Jadi jangan sampai nanti perwalnya lambat nantinya ada persoalan atau protes dari masyarakat, ini juga harus segera ditandatangani,” tambahnya.
Persoalan lain yang juga disoroti Forpi terkait batalnya pembangunan gedung SMP negeri baru di wilayah Jogja bagian timur. Padahal penambahan SMP negeri baru menjadi salah satu solusi yang disampaikan Disdik Kota Jogja setelah kisruh PPDB tahun lalu.
Plt Kepala Disdik Kota Jogja Budi Santoso Asrori mengatakan evaluasi PPDB tahun ajaran sebelumnya, yaitu dengan mengapresiasi siswa dengan nilai tinngi. Direncanakan nanti proposisinya bagi siswa dengan nilai USBN tinggi. Jika tahun lalu jalur prestasi hanya 15 persen, direncakan akan dinaikkan kuotanya. “Ini baru perenccanaan karena sekolah perlu waktu perlu rencanan yang jelas,” tambahnya.
Disdik Kota Jogja juga sudah menghitung daya tampung SMP negeri yang hanya 3.462 kursi. Sedangkan lulusan SD di Kota Jogja mencapai 7.400an siswa. Menurut dia pasti ada yang tidak diterima.”Karena itu kami berupaya agar melalui jalur prestasi ini nantinya ukuran diterima atau tidaknya bisa objektif,” papar Budi. (cr8/pra/mg4)