JOGJA – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di DIY selama ini giat menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak luar. Kerja sama itu antara lain dijalin dengan kalangan industri maupun dunia usaha.

“Kerja sama diwujudkan dalam banyak hal. Kami terus mendorong sekolah-sekolah,” ujar Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY Isti Triasih, Rabu(13/3).

Dorongan yang dilakukan  dinas itu antara lain dengan jalinan kerja sama dituangkan dalam naskah kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara sekolah dengan dunia usaha. Dengan adanya MoU itu, kerja sama menjadi semakin kuat dan erat.

Dalam kerja sama menjadikan sekolah telah membangun relasi sekaligus jaringan dengan dunia swasta maupun industri. Sebab, dalam penyelenggaraan pendidikan SMK memerlukan  praktik kerja industri. Selama enam bulan siswa mengikuti praktik kerja industri di beberapa perusahaan swasta.

“Praktik kerja industri mendukung kompetensi lulusan SMK,” katanya.

Anggota Komisi D DPRD DIY Hamam Mustaqim menilai harus ada sinkronisasi antara kurikulum dengan praktik kerja industri. Dia juga berharap selama mengikuti pemagangan itu, siswa-siswa SMK bertindak dengan serius.

Sebab, mereka tengah menimpa pengalaman di dunia luar. “Motivasi ini harus ditumbuhkembangkan. Seorang anak memilih SMK bukan pilihan salah. Itu tepat. Bahkan sangat tepat,” ujar Hamam.

Dengan adanya jalinan kerja sama antara dunia usaha atau industri dengan SMK-SMK di DIY telah membantu menyelesaikan masalah ketenagakerjaan. Dunia usaha di DIY seperti hotel bisa memanfaatkan tenaga kerja dengan dari alumni SMK. Kalangan dunia usaha tak perlu mengambil pekerja dari luar Jogja.

“Ini sebenarnya menjadi solusi problem ketenagakerjaan. Harusnya tidak ada masalah ketenagakerjaan di Jogja,” lanjutnya.

Apalagi DIY juga telah memiliki Perda tentang CSR. Perusahaan punya tanggung jawab sosial dengan lingkungan. Termasuk dengan dunia pendidikan. Adanya Perda CSR menjadi perusahaan baik BUMN, BUMD maupun swasta wajib ikut mengembangkan dunia pendidikan di DIY. “Visi pendidikan DIY sangat jelas. Terkemuka di Asia Tenggara 2025,” tegasnya.

Hamam menilai yang memilih belajar di SMK merupakan siswa istimewa. Pilihan itu harus diapresiasi. Bekal keterampilan yang didapat itu menjadi modal awal bagi para siswa.

Setelah bekerja di swasta, lulusan SMK bisa mandiri dengan membuka usaha sendiri. Misalnya pada tahun pertama menjadi karyawan bengkel motor. Tahun kedua, keluar dan mendirikan usaha sendiri.

“Tahun ketiga jika berkembang sudah bisa membuat showroom motor,” ungkap Hamam dengan nada optimisitis. (kus/mg2)