SLEMAN – Revitalisasi Pasar Turi sudah selesai 2018 lalu. Pemkab akan meresmikan tersebut pada 21 Maret 2019.
Belum diresmikan, pasar telah rusak. Atap pasar banyak yang jebol. “Karena kena bencana,” kata pekerja yang tengah membenahi atap pasar, Yono, 47 (15/3).
Dikatakan, dua kali bencana angin kencang melanda Turi. Mengakibatkan kerusakan parah pada atap Pasar Turi.
Pertama pada kejadian Jumat sore (22/2) yang mengakibatkan tembok barak pengungsian dan GOR Donokerto roboh. Yono harus mengganti sebanyak 36 asbes.
Sedangkan kejadian Rabu (13/3), atap Pasar Turi kembali jebol. Dia mengganti 16 asbes. “Tapi ini juga masih nunggu (asbes), karena besok (hari ini) adalah Kliwon, pasarannya Pasar Turi,” ungkap Yono.
Pasar tersebut tidak setiap hari ramai aktivitas jual beli. Kebanyakan pedagang berjualan saat pasaran Kliwon dan Pahing.
Revitalisasi menelan biaya Rp 2,165 miliar. Namun, tidak semua bagian pasar yang sudah ada sejak zaman Belanda itu masuk dalam revitalisasi. “Hanya bagian dalam pasar saja (yang direhabilitasi),” ungkap pedagang, Lestari Ningsih, 54.
Kata Lestari, kondisi pasar bagian luar, terutama sisi timur masih baik. Pemerintah juga sempat melakukan perbaikan ringan.
Dia mengatakan, justru keadaan memprihatinkan ada di sisi utara. Banyak lubang pada plafon. “Yang perlu perbaikan justru sisi utara,” kata Lestari.
Kabid Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Tradisional, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman, Haris Martapa mengatakan, kerusakan Pasar Turi akibat bencana. Pihaknya akan memperbaikinya sebelum diresmikan.
“Ini sudah kami turunkan tim, sudah mulai diperbaiki,” jelas Haris.
Dikatakan, target revitalisasi pasar di tahun 2019 adalah Pasar Jambon, di Desa Sindumartani, Ngemplak. Pagu anggaran Rp 1,5 miliar. “Saat ini, prosesnya baru akan naik ke layanan pengadaan secara elektronik (LPSE),” ungkap Haris.
Untuk di Sleman, masih ada 10 pasar yang belum direvitalisasi. Sedangkan total pasar tradisional yang dikelola Disperindag Sleman sebanyak 41 buah. (har/iwa/fj/mg2)