JOGJAKARTA  – Sosialisasi pemahaman gender hingga kini masih penting dan dibutuhkan untuk masyarakat. Kita perlu momen keadilan dan kesetaraan gender. Karena gender dimulai dari keluarga, maka keberhasilan perempuan dan laki-laki adalah bagaimana keluarganya bisa berperan dengan baik, salah satunya pembagian peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan.

Salah seorang penggerak sosialisasi dari BPPM Nelly menjelaskan, penyelenggaraan sosialisasi pemahaman gender di berbagai desa di Jogjakarta memberikan respons positif kepada masyarakat yang mengikuti. Permasalahan gender pun hingga kini tak henti-hentinya dibahas karena memang masih kerap terasa di masyarakat.

“Gender merupakan peran sosial yang dibentuk berdasarkan budaya yang tidak terkait jenis kelamin tertentu. Hanya saja jika membicarakan peran dan fungsi sosial, sering dikaitkan dengan salah satu jenis kelamin tertentu. Misalnya mencari nafkah itu sebagai peran gender dan fungsi sosial, di mana mencari nafkah selalu dilekatkan kepada laki-laki,” ungkap Nelly saat memberikan Sosialisasi Pemahaman Gender di Prenggan, Kotagede, Senin (28/1).

Oleh karena, jika di dalam keluarga terjadi ketidakseimbangan membagi peran sosial, akan terjadi beban ganda kepada salah satu pihak, entah pihak laki-laki atau perempuan. “Peran gender itu bisa dilakukan, hanya saja masyarakat menganggap sebuah tugas itu dibebankan ke salah satu gender. Tujuan dari sosialisasi pemahaman gender ini menjadikan perempuan lebih berperan di ranah publik,” katanya.

Adanya Desa Prima, memiliki tujuan terkait peran perempuan di bidang ekonomi dengan membentuk UMKM. Dengan Desa Prima  diharapkan menjadikan peran perempuan untuk meningkatkan produktivitas. “Capacity buildingnya meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik, sering dilibatkan dalam kegiatan, dan diikutsertakan dalam pembangunan di desa,” tambahnya.

Tahun ini terkait Desa Prima telah membentuk 20 desa. Dari tahun 2008 sudah ada 100 desa, mencakup lima kabupaten di Jogjakarta. “Jadi saat ini total sudah ada 120 desa yang mengikuti,” ungkapnya.

Wasingatu Zakiyah dari IDEA Resource Center sebagai narasumber Sosialisasi Pemahaman Gender mengakui  acara ini positif, apalagi untuk kelompok menengah ke bawah. Menurutnya, perempuan menjadi penguasa di sektor domestik. Pada sektor sosial, kelompok laki-laki dan perempuan relatif memiliki kelompok.

“Di sektor produktif rata-rata pekerjaan di luar rumah dikerjakan oleh laki-laki. Perempuan juga mulai melakukan kreativitas untuk produktif di rumah. Sektor politik merupakan sektor yang terendah partisipasi perempuannya. Sektor ini memang sangat minim. Kemudian di sektor legislatif dapat memfasilitasi kesenjangan gender yang terjadi seperti kasus kekerasan terhadap perempuan tidak ada penyelesaiannya dari pihak desa. Soal perencanaan pengajaran dilihat dari akses, partisipasi, kontrol manfaat,” katanya.

Desa Setara dibuat untuk mengatasi kesenjangan gender di mana program ini dapat mendorong perempuan setara, tangguh, dan sejahtera dalam perannya di sektor sosial, produktif, reproduktif, dan sektor politik. Program ini sudah diikuti beberapa desa. Ada 30-35 titik yang akan dilanjutkan.

Zakiyah berharap dengan sosialisasi pemahaman gender desa mampu mengalokasikan anggaran untuk perlindungan perempuan, kemudian mendorong partisipasi perempuan di ruang publik. Dengan demikian mereka bisa terlibat dalam proses-proses yang ada. Anggaran untuk mendirikan pendidikan politik perempuan tidak ada.  (*/mg/laz/mg1)