TELAH dijelaskan di atas bahwa dalam diskursus pendidikan formal masih terdapat elemen yang terekslusi dari mainstrem pendidikan yang ada. Dampak ini juga secara implisit banyak melahirkan sebuah dimensi pendidikan alternatif, yang secara eksistensi bisa kita lihat melalui limited group ataupun study club yang dibuat untuk mengakomodir ketidak puasan pembelajaran yang ada di dunia pendidikan formal. Sebab di sadari atau tidak, dari hari semakin memasuki babak baru di mana pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang secara materi berkonotasi ”mahal”

Pendidkan yang ada pada dasarnya memiliki cita-cita humanis, katika bersentuhan dengan kebijakan politik kemudian mengalami sebuah degradasi dari cita-cita humanis menuju komersialisasi pendidkan. Dilema ini adalah transisi yang amat bersifat subtansial, dimana out put pendidikan formala semakin jauh dengan masyarakatnya. Mahasiswa kini hanya disibukkan dengan aktifitas kuliah yang pada dasarnya secara terpaksa harus dilakukan guna memenuhi dan melaksanakan kebujakan pendidikan yang bika dianalisis lebih jauh sangat bertolak belakang dengan format kurikulum serta paradigma pendidikan yang dibangun oleh sebuah institusi pendidikan formal.

Gerakan pengetahuan pada dasarnya adalah sebuah ruang dimana ekspresi intelektual akan menemukan wadah yang secara aspiratif bisa menjadi alternatif dari pengayaan disiplin ilmu yang digeluti oleh masing-masing kita. Sebuah pengetahuan yang memiliki daya ubah dalam dimensi kemasyarakatan, adalah pengetahuan yang menggerakkan serta tidak hanya bersifat normatif namun ada sebuah rekayasa sosial dalam sekian banyak aktifitasnya. Cita- cita ini pada dasarnya bertumpu pada ilmu pengetahuan sehingga peran generasi muda sangat memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam upaya pencapaiannya

Bagiamana dengan Indonesia kita? Sejarah lahirnya Negara bangsa ini awalnya hanya berupa ide dan gagasan yang didiskusikan dan dipikirkan oleh para mahasiswa baik mereka yang belajar di Hindia  Belanda maupuan mereka yang menuntut ilmu di Nedherland. Pembacaan terhadap praktek kolonialisme yang sangat tidak adil dan menyengsarakan rakyat memantik pikiran mereka untuk mewacanakan isu tentang kemerdekaan. Ide ini bergulir, membesar, dan disambut mereka yang akhirnya sadar bahwa kemerdekaan adalah sesuatu yang  harus direbut. Dimasa demokrasi terpimpin perubahan sisitem pemerintahan berkali-kali merupaka eksperimentasi untuk mencari bentuk yang paling tepat bagi Indonesia di masa depan.

Sejarah daya ubah pengetahuan tidak berhenti sampai disitu saja. Pada dasawarsa 1960-an kelompok diskusi kecil dibawah bimbingan Mukti Ali, beberapa mahasiswa menggagas pembaharuan pemikiran islam Indonesia yang lebih memberikan ruang lebar bagi ummat Islam untuk berperan aktif mewujudkan kondisi bangsa yang lebih baik. Pemikiran anak-anak muda itu banyak menerima cemooh hujatan dan ancaman dari mereka yang merasa bahwa bangunan pengetahuannya terancam.

Tetapi pikiran dan pengetahuan yang mereka suarakan itu tidak mati melainkan terus hidup dan menemukan momentumnya. Kini pikiran itu justru dijadikan sebagai landasan pijak untuk memperjuangkan umat islam Indonesia. Apa yang menjadi pemikiran mereka terus hidup hingga hari ini, dibicarakan, didiskusikan dan dikembangkan.

Sebab itulah dalam Alquran Allah SWT berfirman “yarfa’illahul al-lazina amanu minkum wa al- lazina utu al-ilma darajaat” artinya: allah akan mengangkat derajat mereka yang beriman dan mereka yang berpengetahua. Dan katakanlah apa yang sama orang yang berpengetahuan dan yang tidak berpengetahuan? Begitu juga dengan hadist nabi ”orang yang paling dekat dengan derajat kenabian adalah orang yang berpengetahuan dan melakuka jihad di jalan Allah”. (ila)

*Penulis merupakan mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta