SLEMAN – Longsor masih menjadi ancaman warga di sekitar perbukitan. Curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah Prambanan Sabtu sore (23/3) hingga malam hari mengakibatkan tebing batu kapur setinggi enam meter longsor.
Longsoran berupa batu kapur dengan ukuran jumbo itu lantas menimpa satu rumah Muhamad Rodli Setiyoko di Dusun Ledok Kikis RT 04 RW 06,
Sambirejo, Prambanan. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Ketua RW 06 Ledok Kikis Samidi menjelaskan, longsor terjadi sekitar pukul 23.45. Saat itu pemilik rumah yang beranggotakan tiga orang sedang tertidur pulas. Untungnya, mereka tidur di kamar sebelah timur.
Longsor berdampak pada satu ruangan yang akan difungsikan sebagai garasi. Tembok rumah jebol karena terkena terjangan batu dan membentuk lubang besar berdiameter sekitar empat meter.
“Saat longsor itu tidak ada suara gemuruh sebelumnya. Jadi tiba-tiba langsung longsor begitu saja,” kata Samidi saat ditemui di lokasi kejadian Minggu (24/3).
Dia menjelaskan, daerah Ledok Kikis memang sangat rawan longsor. Selain itu, jarak antara tebing dengan rumah warga juga sangat dekat. Sehingga ketika longsor langsung menimpa rumah warga. “Warga terpaksa membangun rumah dekat tebing karena tanah mereka memang di situ,” bebernya.
Samidi mengakui daerah perbukitan di Ledok Kikis memang didominasi campuran batuan kapur dan tanah. Oleh karena itu jika hujan turun dengan intensitas deras, akan melarutkan tanah dan membuat longsor.
“Ditambah ada sela-sela antara batu dan tanah. Kalau hujan deras, air lewat situ dan daya cengkeram hilang. Tanah seperti lentur dan potensi longsor besar,” ungkapnya.
Sebelumnya, lanjut Samidi, daerah tersebut juga pernah terjadi longsor. Sehingga saat hujan bisa dikatakan seluruh masyarakat diminta waspada. “Di sini itu selain longsor, masalah lain juga ada pada akses jalan,” bebernya.
Benar saja, akeses menuju lokasi longsor itu sangat sulit. Jalan aspal yang ada rusak parah dan bercampur tanah liat. Penerangan jalan juga sangat minim. “Inti mitigasi kan juga ada pada akses jalan. Lha ini jalan rusak, kalau ada bencana saat malam kan jadi semakin berbahaya,” ungkapnya.
Ledok Kikis memang daerah yang penuh dilema. Di saat musim hujan warga terancam bencana longsor. Jika musim kemarau bisa dipastikan mengalami kekeringan. “Mulai bulan ini kami sudah ancang-ancang minta bantuan droping air saat kemarau nanti,” tambahnya.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Makwan menjelaskan, wilayah Prambanan memang berpotensi besar terkena bencana longsor. Ini karena tekstur tanah dan kontur daerah yang berupa perbukitan.
Kendati demikian, ia menjelaskan secara umum kondisi tanah di Prambanan masih normal. Dan masih bisa bertahan asal curah hujan tergolong normal. Namun jika ada anomali cuaca, kata Makwan, itu yang haris diwaspadai masyarakat.
Dia pun memastikan untuk bantuan kebencanaan, pihaknya siap untuk menyalurkan. Termasuk jika dampak kerusakan yang disebabkan oleh bencana sangat parah.
Pemkab Sleman juga telah menyediakan bantuan sosial sebesar Rp 1 miliar untuk bencana skala ringan. Juga ada anggaran belanja tidak terduga (BTT) sebesar Rp 19,65 miliar untuk penanganan bencana skala besar.
Terpisah, Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Jogjakarta Djoko Budiyono mengatakan, bulan Maret masih masuk dalam kategori basah. Artinya intensitas hujan masih akan sering terjadi.
“Bulan Maret ini memang masih tergolong basah untuk wilayah Jogjakarta, dengan hujan bulanan mencapai di atas 300 mm per bulan,” tandas Djoko. (har/la/tif)