Rombongan melanjutkan perjalanan. Belum lama bus beranjak dari Rammang-Rammang. Ada sesuatu yang menarik perhatian. Menoleh ke kanan. Di kejauhan ada asap mengepul. Asap ini berasal dari pabrik.

Pemandu menginfokan pabrik yang terlihat itu adalah pabrik semen. Ada beberapa pabrik semen beroperasi. Konglomerat nasional dan pengusaha kaya lokal menjadi pemilik pabrik semen tersebut.

Mendengar penjelasan dari pemandu membangkitkan memori. Saya menjadi ingat jejak pilu. Dan jejak pilu ini semakin tergambar jelas diingatan. Membikin rasa luka kembali menganga. Luka tentang Pegunungan Kendeng. Seperti melihat film dokumenter. Kisah sedih Pegunungan Kendeng menjadi episode yang membukakan mata mengenai kerusakan alam yang dahsyat.

Waktu sudah berlalu. Tapi masih membekas. Kuliah bersama rakyat merupakan momentum yang memberi kesempatan saya melihat langsung betapa rakusnya pebisnis mencari uang, sehingga mengabaikan kelestarian lingkungan di Pegunungan Kendeng.

Kuliah bersama rakyat yang diikuti puluhan akademisi dari berbagai latar belakang keilmuan dengan petani, berhasil menerobos masuk ke kawasan penambangan karts. Berada di area tambang karts bisa menyaksikan dengan mata telanjang. Karts ditambang sebagai bahan baku memproduksi semen. Ini menyebabkan alam rusak parah.

Petani bercerita ada banyak gunung karts yang sudah menjadi rata dengan tanah. Bahkan berlubang dalam-dalam. Kekayatan hayati. Beraneka jenis tumbuhan. Serta hewan menghilang.

Yang lebih penting. Pegunungan Kendeng merupakan wilayah karts menyimpang sumber air begitu melimpah. Di dalam kandungan Pegunungan Kendeng terdapat gua dan sungai bawah tanah. Dari gua dan sungai bawah tanah, air dimanjakan mengalir.

Tetapi penambang karts sudah mematikan sebagian sumber air di Pegunungan Kendeng. Alat-alat berat telah menghilangkan sumber air yang bermanfaat bagi ribuan petani. Pegunungan Kendeng menyimpan air akan dibagikan petani sewaktu-waktu petani membutuhkan. Ketika petani butuh air untuk bercocok tanam, Pegunungan Kendeng memenuhi sesuai porsinya. Ketika petani menginginkan air untuk memenuhi sehari-hari Pegunungan Kendeng menyediakannya.

Dan kebutuhan pokok petani mengenai air terancam akan tidak terpenuhi. Pegunungan Kendeng tidak akan mampu berderma air pada petani sebagai dampak karts telah rusak.

Belum lagi penghasilan petani menjadi berkurang. Debu berterbangan saat lalu lalang truk mengangkut bahan material karts. Sehingga banyak debu menempel pada tanaman. Debu ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Maka hal ini yang menyebabkan tanaman tidak tumbuh subur dan tak laku dijual di pasar.

Kondisi itu yang membuat selama bertahun-tahun petani melakukan perlawanan terhadap pendirian pabrik semen. Mereka sudah mengadu ke anggota dewan tingkat daerah maupun pusat. Mereka sudah menyampaikan aspirasi ke bupati, gubernur, sampai presiden. Bahkan para emak-emak sampai mengecor kaki dengan semen. Emak-emak ikut menyuarakan gerakan tolak penambangan karts dan pendirian pabrik semen.

Meski seluruh model unjuk rasa digelar untuk menghentikan tambang karts dan pendirian pabrik semen. Meski jalur hukum sudah ditempuh untuk mengupayakan agar tambang karts dan pabrik semen berhenti. Namun usaha ini belum berhasil.

Petani masih terus berjuang tanpa kenal lelah memperjuangkan agar Pegunungan Kendeng tetap lestari. Sementara penambangan karts terus berlangsung. Dan pabrik semen terus beroperasi menelan karts berapa pun jumlahnya. Kalau penambangan karts dan pabrik semen berjalan tanpa henti, Pegunungan Karts akan punah tinggal menunggu waktu.

Ingatan saya tiba-tiba kembali ke Rammang-Rammang. Nasibnya akan sama dengan Pegunungan Kendeng, kalau tidak ada tekat yang kuat dari masyarakat lokal untuk mempertahankan kelestarian katrs. Rammang-Rammang juga akan terluka seperti Pegunungan Kendeng kalau pemangku kekuasaan abai. Semoga ini tidak terjadi. Aamiin.

Penulis adalah Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan