SLEMAN – Dampak ditutupnya akses ke tempat pengolahan terpadu (TPST) Piyungan juga dirasakan hingga Sleman. Pemkab Sleman kelimpungan mencari solusi tempat untuk membuang sampah. Mereka khawatir dampak penyakit dari tumpukan sampah.

Kasi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Suryantana mengatakan jika kondisi penutupan TPST Piyungan ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin akan banyak timbul penyakit. Belum lagi jika sampah itu diguyur hujan. Cairan yang mengalir dari sampah itu juga menimbulkan bau busuk.

“Sampah itu kan harus segera dibuang dan tidak boleh diinapkan. Kalau semalam tidak masalah, tapi kalau nantinya terpaksa kami buang antara ke Kulonprogo atau Gunungkidul,” kata dia Selasa(26/3).

Suryantana menjelaskan jika pihaknya tidak bisa berbuat banyak. “Kami tidak bisa apa-apa karena kami tidak punya TPA, hanya dompleng di sana (Piyungan),” katanya.

Pemkab Sleman sempat mewacanakan akan membangun TPST di Madurejo. Hanya saja belum terealisasi akibat mendapatkan penolakan masyarakat. “Sleman belum ada TPST, sementara baru ada wacana di TPST Tambakboyo yang saat ini masih dalam kajian dan penyusunan detail engineering design,” tuturnya.

Kepala UPT Pelayanan Persampahan DLH Sleman Sri Restuti mengatakan dengan ditutupnya TPST Piyungan membuat sampah-sampah di Sleman tidak bisa dibuang. Padahal dalam sehari produksi sampah Sleman mencapai 800 ton per hari. “Pengaruhnya besar karena hanya mengandalkan TPST Piyungan,” kata Restuti.

Restuti menjelaskan jika sampah di Sleman sejak hari Kamis (21/3) pihaknya sudah mengantre panjang untuk membuang sampah. Dan sejak Minggu (24/3) sudah tidak bisa dibuang karena akses ditutup. “Jadi terpaksa kami taruh lagi ke depo sampah yang ada di Sleman. Sementara sampah yang ada di depo juga penuh,” bebernya.

Sleman sendiri punya 13 depo sampah. Dengan 34 armada truk pengangkut sampah. Masing-masing truk bisa menampung delapan meter kubik sampah. Pihaknya hanya bisa menunggu sembari berharap agar TPST Piyungan bisa beroperasi kembali. Pasalnya jika dihitung dan mengacu data produksi sampah harian warga Sleman yahg mencapai 800 ton maka selama tiga hari ini saja produksi sampah bisa mencapai 2.400 ton.

Terpisah, salah seorang petugas keamanan depo sampah Nogotirto, Gamping, Daryadi menjelaskan tumpukan sampah mulai menggunung sejak satu minggu yang lalu. Biasanya empat kali dalam satu minggu sampah diangkut ke Piyungan. “Tapi ini tiga hari truk tidak bisa beroperasi karena Piyungan tutup,” kata dia.

Daryadi juga mengeluhkan perilaku masyarakat yang asal membuang sampah. Sehingga baik di bagian dalam maupun luar, sampah sudah menggunung. “Yang di depan depo, pinggir jalan, itu liar. Warga main lempar saja,” keluhnya. (har/pra/mg3)