KULONPROGO – Era teknologi informasi saat ini, kebutuhan masyarakat tak lagi hanya sandang, pangan dan papan. Kini mereka juga butuh pulsa. Itu dijawab Pemkab Kulonprogo dengan meluncurkan PulsaKu atau pulsa internet Kulonprogo.
Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo berkesempatan mencoba PulsaKu saat berkomunikasi via streaming dengan warga di desa Hargotirto dan Hargowilis, Kecamatan Kokap. Dua desa yang sebelumnya dikenal sudah sinyal.
Hasilnya, Hasto mengaku kaget sekaligus gembira dengan respon warga di kedua desa. “Respon warga sangat menggembirakan, mereka begitu senang bahkan lebih senang dibanding mendapatkan raskin (beras miskin),” selorohnya Rabu(27/3).
Menurut Hasto, saat ini pulsa merupakan kebutuhan pokok urutan ke empat. Belanja pulsa masyarakat di Kulonprogo rata-rata Rp 800 juta per desa. “Itu untuk desa terpencil belum yang berpenduduk padat, alangkah baiknya jika pulsa masuk ke BUMDes,” ujarnya.
Ditambahkan Bupati yang juga dokter itu, dengan mengakses PulsaKu cukup dengan Rp 20 ribu per bulan. Bahkan bisa bicara sepuasnya. Dia berharap kedepannya dengan kemandirian komunikasi ini, bisa menjembatani atau menjadi backbone untuk start up lainnya.
“Start up itu untuk generasi baru yang cakap dan tidak untuk semangat kapitalistik,” jelasnya.
Selain itu, lanjut dia, Pemkab juga memiliki 111 e-Warung yang diharapkan akan terhubung dengan PulsaKu tersebut. Itu baru satu harapan backbone dari PulsaKu. “Melalui PulsaKu mari dibangun kemandirian telekomunikasi yang lebih baik di Kulonprogo,” ucapnya.
Konsultan PulsaKu, Ferdinan Karl menjelaskan, terobosan ini baru kali pertama dilakukan di Indonesia. Desa Hargowilis dan Hargotirto menjadi pilot project dan dua BTS yang terpasang disana akan menjadi backbone se-Kulonprogo.
“Bisa dibayangkan meeting atau kumpulan tidak harus datang bisa melalui streaming dari rumah masing-masing. Ini tidak hanya pertama di Kulonprogo, tetapi di Indonesia, visi pak bupati jadi ke contoh daerah lain,” jelasnya.
Secara teknis, PulsaKu dijual oleh BUMDes, sehingga pengelolaan ditangani oleh desa. Pelaksanaannya, selain melakukan streaming dengan semua dukuh di dua desa tersebut. Juga akan dilakukan peluncuran Kartu Kulonprogo Wisata yang usianya hanya satu hari saja.
“Jadi kalau wisatawan datang kesini bisa beli di warung-warung di lokasi wisata dan bisa menggunakan WIFI cukup membayar Rp 5 ribu saja. Pembelian kuota Rp 20 ribu ini semangatnya sebetulnya iuran untuk ketersediaan bendwith, sementara penggunaannya warga tidak dibatasi kuota,” paparnya.
Menurut dia, jika beli kuota Rp 20 ribu habis sebelum waktnya, dan bulan berikutnya tidak ada uang untuk beli kuota bisa melihat login instool video pemkab disana dan bisa diputar tanpa kuota alias gratis. “Kami juga berupaya ada streaming radio yang bisa diakses kendati kuota habis,” ujarnya.
Kok bisa lebih murah dibanding operator lain? Dia menyebut pada prinsipnya tetap membeli bendwit, hanya kemudian diatur dalam lalu lintas sendiri penggunaannya. Semua akan dipantau melalui trafic centre milik Kominfo.
Pelanggan yang jauh dari BTS dan ingin stay on, signalnya juga sudah sampai bawah, dan hanya perlu membeli recivernya saja.
Hargowisil dan Hargotirto dipilih dengan alasan akan dilakukan hibah alat dan memilih titik yang paling sulit. Dua desa ini juga paling sulit, signal GSM di sana tidak ada, buat telepon tidak bisa. Sejauh ini masyarakat mengandalkan balai desa. “Saat kepala desa mengirim undangan bisa telat satu hari kalau undangan disebar lewat HP, kasihan. PulsaKu akan menjadi sulusi,” jelasnya.
“Kami berharap satu Kulonprogo bisa on semua, karena kalau sudah nyambung tidak perlu login. Nyantolnya di nomor hp, user yang dipake akan nyantol terus di Kominfo dan akan terus nyambung di IP,” sambungnya. (pra/mg3)