JOGJA – Bau busuk menyengat, lalat berseliweran, hingga rembesan air bercampur sampah mengalir ke permukiman warga dan jalan raya. Itulah berbagai dampak buruk tumpukan sampah akibat pemblokiran Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan sejak Minggu (24/3). Bahkan, tumpukan sampah di beberapa tempat pembuangan sampah (TPS) di Kota Jogja telah mengeluarkan belatung.
Kendati begitu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja tidak dapat berbuat banyak. Selama TPST Piyungan belum dibuka. DLH hanya sanggup meminimalisasi dampak buruk yang ditimbulkan tumpukan sampah. Seperti melakukan penyemprotan disinfetkan.
”Ada 142 titik TPS yang kami semprot. Tujuannya untuk menekan pertumbuhan lalat, pertumbuhan bakteri, dan menghilangkan bau,” jelas Kepala DLH Kota Jogja Suyana, Rabu (27/3).
Penyemprotan disinfektan ke seratusan titik TPS itu dimulai Rabu (27/3). Hingga beberapa hari ke depan. Selain penyemprotan, kata Suyana, DLH juga menutup tumpukan sampah dengan terpal. Itu untuk mengantisipasi jika terjadi hujan.
”Ini baru cari terpalnya dulu, karena kebutuhannya tidak sedikit,” ucapnya.
Berdasar data DLH, Kota Jogja menghasilkan sampah 250 ton per hari. Dengan begitu, tumpukan sampah di Kota Jogja sejak empat hari terakhir mencapai 1.000 ton. Tumpukan sampah itu tersebar di TPS, depo, hingga kantor DLH Kota Jogja. Karena itu, Suyana berharap aksi pemblokiran TPST Piyungan segera berakhir. Agar tumpukan sampah tak kian menggunung.
Ya, tumpukan sampah di berbagai sudut Kota Jogja memang mengkhawatirkan. Di Tegalkemuning, Tegalpanggung, Danurejan, Kota Jogja, contohnya. Tumpukan sampah di TPS Lempuyangan sudah mendekati permukiman. Bahkan, tumpukan sampah ada yang menutupi pintu garasi warga.
”Sebenarnya kami tidak melarang warga membuang sampah di sini, tapi juga jangan asal membuang. Ditumpuk ke atas bukan ke samping,” keluh Najib, ketua RT 39 Tegalkemuning.
Berbeda dengan Tegalkuning, tumpukan sampah di TPS Pengok sudah menimbulkan bau tak sedap. Terutama saat hujan.
”Lalat juga banyak,” keluh Rosita Dewi, penjual es buah di sekitar TPS Pengok.
Di Gunungkidul, aksi pemblokiran TPST Piyungan memang tak menyebabkan tumpukan sampah. Lantaran Bumi Handayani memiliki TPAS (tempat pembuangan akhir sampah) Wukirsari. Kendati begitu, Kabupaten Gunungkidul bukan berarti tak merasakan dampaknya. Sejak Minggu (24/3), tidak sedikit truk pengangkut sampah dari Bantul berusaha ”menyelinap” masuk wilayah Gunungkidul. Agar dapat membuang sampah ke TPAS yang terletak di Desa Baleharjo, Wonosari, itu. Seperti dua truk yang berusaha masuk TPAS Rabu (27/3).
”Portal (TPAS) langsung kami tutup. Sopir saya minta turun dari truk,” jelas Danar, seorang petugas TPAS Wukirsari.
Pengelola TPAS sebenarnya tidak melarang truk-truk itu membuang sampah di TPAS. Hanya, harus membawa surat izin dari gubernur.
”Kalau tidak ada surat resmi (membuang sampah ke Gunungkidul), kami tidak bisa menerima,” tegas Sekretaris DLH Gunungkidul Aris Suryanto.
Menurutnya, persoalan ini sudah dikomunikasikan dengan Pemprov DIJ. Hasilnya, pemkab diminta menolak kiriman sampah tanpa prosedur. (dwi/gun/zam/mg2)