SLEMAN-Panen raya padi untuk masa tanam pertama telah dimulai di beberapa daerah. Khusus di Sleman, panen telah dimulai sejak tiga pekan lalu dan akan berlangsung hingga akhir April mendatang.

Kendati demikian, para petani mengeluhkan penurunan harga gabah. Sebab, pada Februari lalu harga gabah kering panen (GKP) bisa mencapai Rp 5.500 lebih. “Saat ini menuju Rp 4.000 untuk yang gabah basah dan Rp 4.500 untuk yang kering,” keluh Sakiman, 60, salah seorang petani asal Dusun Tinom, Sidoarum, Godean, Jumat (29/3).

Menurut Sakiman, beberapa daerah juga tengah panen raya. Sehingga dampaknya juga turut dirasakan hingga Sleman. Para pengepul membeli gabah dengan harga yang rendah. “Tapi asal tidak di bawah Rp 4.000 tidak masalah, kalau tidak laku ya digunakan sendiri,” ungkapnya.

Dijelaskannya, produktivitas lahan seluas 4.000 meter persegi bisa sampai 25 kuntal per masa tanam. Dalam satu tahun, dia bisa dua kali tanam padi. “Total per tahun bisa 50 kuintal kadang lebih,” ungkapnya.

Kabid Tanaman Pangan DP3 Sleman Rofiq Andriyanto menjelaskan memang harga gabah di Sleman saat ini pada kisaran Rp 4.000-Rp 4.500. Namun, dia menyatakan harga gabah masih dirasa menguntungkan untuk petani. “Dengan harga Rp 4.000 petani masih untung,” kata Rofiq.

Rofiq menjelaskan, kualitas dan produksi di Sleman tergolong bagus. Sehingga dia yakin jika harga gabah tidak akan sampai di bawah Rp 4.000 seperti dua tahun lalu yang menyentuh angka Rp 3.200 per kilogram. “Kalau sampai di bawah Rp 3.700 pemerintah melalui Bulog harus membeli gabah petani seharga Rp 3.700, itu sudah ada aturannya,” bebernya.

Namun dengan harga yang masih pada kisaran Rp 4.000 justru membuat target Bulog untuk menyerap gabah petani menjadi terkendala. Harga yang tinggi di tingkat petani, kata Rofiq, menjadi penyebabnya. “Kesulitan Bulog menyerap gabah Sleman karena harga yang masih cenderung tinggi,” bebernya.

Rofiq juga mengatakan, pihaknya telah berupaya untuk menstabilkan harga gabah. Caranya, dengan mendorong petani agar melakukan budidaya secara terpadu. “Selain itu kami bantu juga untuk bibit dan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) untuk penguatan akar tanaman,” bebernya.

Untuk luasan lahan panen di Maret-April ini, ditargetkan agar bisa mencapai 16.212 hektare. Dengan asumsi rata-rata satu hektare lahan bisa menghasilkan panen sebanyak 6 ton.  “Paling tidak target luasan lahan panen semeleset-melesetnya 16.000 hektare, untuk total panen memang belum kami rilis karena  juga harus menunggu hitung-hitungannya per ubinannya,” kata Rofiq. (har/din/mg1)