BANTUL – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY terus mendorong kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana. Termasuk melibatkan kalangan swasta dalam kegiatan forum pengurangan risiko bencana (FPRB). Karena dalam menanggulangi bencana, pemerintah tidak mungkin bekerja sendirian.

“Semua elemen harus terus meningkatkan kerja sama,” ajak Kepala BPBD DIY Biwara Yuswanta saat workshop bertema “Peran Strategis FPRB dan BPBD DIY dalam Agenda Pembangunan yang Berkelanjutan dan Tidak Berisiko” di Hotel Ros In Bantul, Jumat(29/3). Workshop diikuti 78 orang. Semuanya pengurus FPRB tingkat desa se-Kabupaten Bantul.

FPRB DIY terbentuk pada 24 Oktober 2009. Forum tersebut didirikan atas prakarsa para penggiat dan mitra BPBD DIY. Terutama yang aktif dalam kegiatan pengurangan risiko bencana. Seperti masyarakat sipil, pemerintah, lembaga swasta, akademisi, dan lembaga internasional yang bekerja di DIY.

Biwara menjelaskan, dalam menghadapi bencana ada tiga parameter. Yakni alat, lembaga, dan masyarakat. Terkait kelembagaan, workshop bertujuan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) FPRB di DIY.

Dalam kesempatan itu Biwara juga menjelaskan langkah-langkah penanganan bencana yang terjadi pada 17 Maret 2019 di Bantul. Saat ini BPBD DIY telah memasang 220 buah terpal di lokasi longsor di Imogiri.

Tujuan pemasangan terpal yang ditafsir menelan anggaran Rp 500 juta itu memberikan perlindungan. “Kita perlu mengamankan yang di atas dan melindungi yang bawah,” jelas mantan Kabid Humas Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY ini.

Terjadinya bencana, lanjut dia, tak lepas dari menurunnya kualitas lingkungan. Pohon-pohon yang berada di atas tidak kuat lagi menahan beban. Perubahan kualitas lingkungan itu harus diantisipasi. Tujuannya agar tidak merugikan masyarakat. Sekaligus mencegah timbulnya korban jiwa.

Biwara mengatakan, saat ini instansinya telah melaksanakan rehabilitasi pascasiklon Cempaka yang terjadi akhir November 2017. Anggaran dari pusat baru turun ke daerah pada akhir 2018.

Saat proses pengerjaan berlangsung, pada pertengahan Maret lalu terjadi banjir dan longsor di Bantul, Gunungkidul, dan Kulonprogo. Lokasi terparah berada di kawasan Imogiri, Bantul. Beberapa infrastruktur publik mengalami kerusakan. Demikian pula beberapa rumah penduduk. “Kesiapsiagaan harus terus kita jaga,” pinta birokrat yang pernah menjabat Kabid Pemerintahan Bappeda DIY ini.

Kepala BPBD DIY ini juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas tingginya partisipasi masyarakat dan relawan. Setiap terjadi bencana peran serta berbagai elemen terlihat cukup aktif. Hal serupa juga ditunjukkan swasta seperti manajemen Hotel Ros In.

Manajemen hotel yang berada di kawasan ringroad selatan itu dinilai punya kepedulian terhadap penanganan bencana. Atas peran aktifnya itu, BPBD DIY memberikan piagam penghargaan kepada manajemen Hotel Ros In.

Usai menerima penghargaan General Manager (GM) Hotel Ros In Supriyatno mengatakan, lembaganya memberikan atensi khusus terhadap setiap upaya penanggulangan bencana. Atensi itu antara lain dengan diserahkannya bantuan selimut maupun makanan bagi korban. Selama lebih dari seminggu, manajemen Ros In mengirimkan logistik makanan ke lokasi bencana banjir dan longsor di Imogiri.

“Kami juga terbuka untuk kegiatan workshop atau lainnya. Berapa pun anggarannya kami terima. Silakan menggunakan Hotel Ros In,” ujarnya. (kus/yog/mg2)