JOGJA – Dinas Kebudayaan Kota Jogja menggelar workshop Busana Adat Jawa selama dua hari di KJ Hotel, Kamis dan Jumat (21-22/3). Workshop yang mengangkat tema Revitalisasi Budaya Busana Adat ini dilanjutkan dengan fashion show busana adat Jawa di Pendapa Universitas Widya Mataram (UWM), Sabtu (23/3).

Kepala Bidang Adat, Seni dan Tradisi Adi Murti Wulandari Dinas Kebudayaan Kota Jogja mengungkapkan, fashion show ini sebagai media praktik bagi peserta workshop yang berasal dari 14 kecamatan di Kota Jogja. “Seluruh peserta mempraktikkan materi yang sudah didapatkan tentang menampilkan busana adat Jawa yang benar,” jelasnya.

Wulan mengharapkan, kegiatan ini dapat memberikan pemahaman yang benar terhadap busana adat Jawa. Menurut penilaiannya, selama ini pemahaman masyarakat atas busana adat semakin pudar. Terutama dalam pemahaman tentang pakem. “Setelah peragaan busana dilanjutkan evaluasi oleh juri. Dilakukan perbaikan dalam pemakaian busana adat agar sesuai pakem,” tambahnya.

Dikatakan, pihaknya merasa perlu untuk terus memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian tradisi. Untuk itu, Disbud Kota Yogyakarta akan terus melakukan workshop semacam ini.

Lebih jauh diungkapkan Wulan, Disbud Kota Jogja akan lebih memperluas kepesertaan. Dari sebelumnya hanya lingkup kecamatan, menjadi lingkup kelurahan.

“Tahun depan peserta kami minta dari tingkat kelurahan, agar upaya menjaga kelestarian tradisi bisa lebih luas. Disbud Kota Jogja akan terus melakukan sosialisasi dan mengedukasi terkait busana adat Jawa ini,” ujarnya.

Dewan juri fashion show adalah Prof Suwardi Endraswara dan Prof Suwarna dari UNY, serta Sri Hanjati dari ISI Jogjakarta.  Salah satu tim penilai Sri Hanjati melihat, hasil busana adat beberapa masih perlu diperbaiki, agar sesuai pakem.

“Karena busana adat Jawa untuk Jogja memiliki pakem sendiri dan harus dipatuhi,” katanya. Dia berharap warga Jogja bisa bangga mengenakan pakaian adat Jawa sesuai pakem yang ada.

Dikatakan, setiap peserta memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. “Kami berharap kepesertaan bisa lebih luas lagi sampai ke tingkat kelurahan. Termasuk tema yang diangkat, upacara adat juga perlu diedukasi agar sesuai pakem yang ada, selain busana adat,” tandasnya. (*/a11/laz/mg2)