SLEMAN – Menjadi barista kopi kian diminati anak muda. Para difabel dan warga inklusif pun tertarik profesi ini. Memfasilitasi mereka, Pelatihan Barista Inklusif digelar Pusat Rehabilitasi Yakkum.
Salah seorang staf Yakkum, Kurniati Hasanah mengatakan, ada delapan barista yang lulus di angkatan pertama, enam lainnya di angkatan kedua. Masa pelatihan selama dua bulan.
Peserta mendapatkan pelatihan di coffee shop milik Yakkum. Peserta belajar teori dan praktik.
Dengan keterampilan yang terasah, Kurniati berharap para difabel mampu mendirikan usaha sendiri. “Melalui instruktur, kami memberikan ilmu yang mereka butuhkan. Tujuannya, bekerja atau menjadi pengusaha,” jelas Nia, sapaan Kurniati di Yakkum, Jumat (26/4).
Salah seorang barista tunadaksa mengelola kedai kopi Yakkum, yakni Eko Sugeng, 33, asal Pekalongan. Terlahir sempurna, Eko kehilangan setengah lengannya pada 2002. Eko diajari cara menyeduh kopi.
Meskipun kesulitan memegang alat peracik kopi dan menuangkan air panas, kini Eko berhasil menjadi barista. “Saat ini saya fokus manual brewing,” ucap Eko.
Hal serupa dilontarkan Irvantoro, 21, seorang tunadaksa sejak lahir. Duduk di atas kursi roda, Irvan pandai meracik kopi manual brewing. Khususnya metode V60.
Menyukai kopi sejak kecil, kini Irvan paham macam-macam jenis kopi dan cara meraciknya. Meskipun belum memiliki niat membuka kedai kopi, Irvan masih ingin mempelajari kopi. (cr7/iwa/by)