BANTUL – Ada yang berbeda dengan tradisi nyadran di Makam Sewu, Senin (29/4). Tradisi yang digelar setiap menjelang Ramadan ini juga disertai dengan peresmian gapura.
Ya, kompleks makam yang terletak di Dusun Kauman, Wijirejo, Pandak, itu punya gapura baru. Bupati Bantul Suharsono dipercaya untuk meresmikannya.
”Semoga (gapura) menjadi ikon Makam Sewu,” harap Suharsono.
Sebagai orang Jawa, Suharsono mengapresiasi konsistensi warga sekitar kompleks Makam Sewu. Terutama terhadap upaya melestarikan tradisi nyadran. Sebab, tradisi yang hidup di masyarakat merupakan media komunikasi sekaligus silaturahmi.
”Tradisi membuat masyarakat guyub, rukun, dan sejuk,” ucapnya.
Menurutnya, Makam Sewu merupakan salah satu kompleks makam bersejarah di Bumi Projotamansari. Kompleks yang di dalamnya terdapat makam Panembahan Bodho itu tak pernah sepi dari peziarah. Seiring dengan jasa tokoh bernama asli Raden Trenggono itu bagi warga Wijirejo dan sekitarnya.
Dari itu, pria kelahiran Beji, Sumberagung, Jetis, ini berharap tradisi nyadran di kompleks Makam Sewu terus dilestarikan.
”Hingga ke generasi-generasi berikutnya,” katanya.
Ketua Panitia Nyadran Makam Sewu Hariadi menambahkan, tradisi nyadran di kompleks Makam Sewu juga kerap disebut dengan Nyadran Agung. Digelar setiap bulan Ruwah.
”Nyadran digelar pada hari Senin setelah tanggal 20 syaban,” tuturnya.
Ada serangkaian acara dalam tradisi yang bertujuan untuk mendoakan para leluhur ini. Di antaranya, pembacaan tahlil, Al quran, pengajian, hingga kirab budaya. Menurut Hariadi, kirab budaya diikuti warga di Desa Wijirejo. Ada gunungan dan jodhangan yang diarak dalam kirab yang mengambil start dari kantor kelurahan Wijirejo, dan finish di komplek Makam Sewu ini. Isi gunungan berupa berbagai hasil bumi. Itu mengandung pesan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun jodhangan berisi jajanan berupa ketan, kolak, dan apem.
Melalui tradisi ini, Hariadi berharap masyarakat mengetahui, mengenal, sekaligus menghormati Panembahan Bodho. Tokoh dari Demak Bintoro yang berjasa atas penyebaran Islam di Desa Wijirejo.
”Beliau (Panembahan Bodho) murid langsung dari Sunan Kalijaga dan dimakamkan disini,” katanya. (cr6/zam/zl)