PURWOREJO – SDN Paduroso Kecamatan Purworejo ini memang diarahkan sebagai Sekolah Adiwiyata. Faktanya, kini justru semakin menarik penampilannya. Menjadi Instagramable. Apa yang dilakukan warga terhadap sekolah ini ?
BUDI AGUNG, Purworejo
Menajamkan arah pandangan di sisi kiri jalan kampung dari arah kota di Kelurahan Paduroso, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, mata akan tergelitik pemandangan mencolok dari pewarnaan yang ada di kompleks SDN Paduroso. Sedikit tertutup papan nama sekolah yang berjajar tiga buah, mata akan tertuju beberapa ornamen yang ada.
Penataan tidak dilakukan sekadar menanam bunga yang ada. Namun, ada beberapa kombinasi yang dimainkan pihak sekolah. Tanaman kecil dikombinasikan dengan tanaman besar tampak menarik. Ini masih didukung pernik-pernik yang sengaja dibuat dengan bahan bekas pakai.
Ya, SDN Paduroso memang telah berubah. Halaman sekolah yang sebelumnya hanya kosong tanpa tanaman diubah di beberapa sisinya. Di belakang pagar sekolah yang berhimpitan dengan jalan diubah menjadi taman. Demikian pula ada taman yang hanya dibatasi oleh tiang bendera.
Memainkan botol minuman sebagai untuk membentuk taman, dari kejauhan memang tidak terlalu tampak jika itu adalah botol. Orang akan mengatakan jika itu adalah campuran semen pasir yang sengaja dibuat untuk mendukung taman.
Pemilihan warna yang mencolok memang menjadikan suasananya terlihat segar. Tidak cukup di situ. Setelah melewati gerbang utama, kita akan dilewatkan di gerbang kedua yang terbuat dari bambu. Namun kita harus menyibak semacam tirai yang terbuat dari tutup-tutup botol minuman yang telah digabungkan menggunakan tali.
Tangan-tangan kreatif memang telah mengubah suasana sekolah yang sebelumnya gersang, terlihat menjadi hijau dan berwarna. Orang akan betah berlama-lama di tempat itu, untuk melihat satu demi satu ornamen yang ada.
Kepala SDN Paduroso Sri Haryati mengaku pihaknya memang mengajak orang tua wali murid menjadikan sekolah tidak saja menjadi tempat belajar anak. Namun juga menjadi ajang pembelajaran bagi orang tua.
Tanggung jawab membuat tempat yang aman dan nyaman bagi anak bersekolah tidak saja menjadi beban sekolah. Tapi orang tua juga perlu dilibatkan. Awalnya sulit, karena wali murid masih bingung apa yang diharapkan. “Tapi setelah berjalan, ternyata semuanya antusias dan saling berlomba untuk membuat sekolah semakin cantik,” kata Sri Haryanti, Senin (29/4).
Pemilihan limbah sebagai pendukung utama dikarenakan bahan ini amat murah dan mudah didapatkan. Dia menghadirkan pendamping yang lama bersentuhan dengan pengolahan limbah untuk menimba ilmu cara pemanfaatan limbah yang baik. “Kami hanya memfasilitasi saja, dan ternyata semua sudah bisa berjalan sendirinya,” imbuh Sri Haryanti.
Dari pembuatan taman itu, ternyata banyak manfaat yang diperoleh sekolah. Setidaknya kini sekolah bukan lagi sebuah ruang eksklusif yang hanya digunakan untuk belajar anak. Di luar jam belajar, banyak anak maupun masyarakat umum yang datang. Tidak saja ingin melihat namun berusaha mengabadikan diri dengan latar belakang taman yang ada. Jadi sekarang pagar pintu sekolah dibuka. Pihak sekolah hanya memberikan sedikit pengertian bahwa semua yang ada adalah milik bersama dan harus dijaga secara bersama juga. “Alhamdulillah semua bisa mengerti dan turut menjaga sekolah,” katanya.
Salah satu siswa, Putri Ragil Kusumawati, 9, mengaku senang dengan perubahan yang ada di sekolahnya. Semangat belajarnya tambah meningkat karena sekolahnya tampak apik dan tidak membosankan. (din/er)