JOGJA – Produsen coklat premium asal Jogja, Coklat Monggo memiliki program baru. Yakni mengurangi penggunaan plastik dalam hal produksi maupun pengemasannya.

Owner Coklat Monggo Thierry Detourney mengatakan, sebagai pecinta alam dia tidak ingin berpangku tanggan saat melihat sampah- sampah plastik berserakan di mana- mana. Karakter plastik yang susah didaur ulang karena tak bisa membusuk walaupun di pendam dan tak larut air menjadi sebuah keprihatinan.

Karena itu sejak 2018 Coklat Monggo tak lagi menggunakan plastik sebagai kantong belanja, melainkan paper bag sebagai gantinya. “Sekarang program ini kami lanjutkan dalam hal pengemasan. Untuk kemasan produk 40gr dan 80 gr misalnya kami menggunakan alumunium foil dan kertas ramah lingkungan yang mudah di daur ulang,” ujar Thierry pada saat perayaan hari jadi Coklat Monggo ke-14, Sabtu (27/4).

Tak hanya mengganti kemasan dan kantong belanja, dia juga memberlakukan sedotan kertas di beberapa outlet premium Coklat Monggo. Menurutnya, hal ini tentu sangat bermanfaat baginya. Karena sejauh ini telah meminimalisir penggunaan plastik dalam produksi kami hingga 20 persen.

“Target kami sih kalau bisa sampai 95 persen. Namun itu butuh proses yang panjang, mengingat yang namanya coklat jika dibungkus tanpa alumunium foil pasti akan mudah sekali meleleh,” tuturnya.

Marketing Manager Coklat Monggo Steffen Hitcher menambahkan, kampanye penggunaan plastik ini semakin luas saat perayaan ulang yang ke-14. Selain mengundang anak yatim piatu, Coklat Monggo mengajak semua tamu undangan mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari- hari.

Juga mengajak para tamu undangan untuk menungguti sampah di sepanjang jalur Kotagede hingga pasar Giwangan serta menanam pohon coklat. “Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar kedua di dunia. Namun banyak masyarakat bahkan petaninya sendiri kurang aware dengan buah ini. Jangankan memakannya mengolah biji kakao pun mereka tidak bisa,” imbuh Thierry.

Ke depan, Thierry berkeinginan untuk memberikan edukasi kepada petani coklat tentang bagaimana mengolah coklat. Meski hal tersebut tidak mudah, namun dirinya optimis jika lamat laun petani dan masyarakat akan terinspirasi. (obi/met/pra/er)