JOGJA – Sakitnya staf di bagian food and baverage Hotel Platinum Adisucipto Jogja membuat jajaran manajeman melakukan investigasi. Hasilnya diketahui mereka menderita gejala tipus. Itu membuat manajemen hotel melakukan antisipasi dengan melakukan vaksinasi typoid dan hepatitis A ke karyawan.
“Kami swadaya melakukan vaksinasi bagi karyawan, khususnya pada staf dan kepala departemen penjamah makanan,” kata Executive Assitant Manager Hotel Platinum Adisucipto Jogja Dody Wahyu Prahadi dalam jumpa pers tentang Rekomendasi Vaksinasi Demam Typoid dan Hepatitis A untuk kalangan perhotelan dan restoran yang digelar Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupansi Indonesia (Perdoki) Sabtu (4/5).
Mereka menjadi pionir hotel yang melakukan vaksinasi untuk para karyawan yang menjamah makanan. Vaksinasi melalui suntik. Untuk vaksinasi demam typoid dilakukan sekali tiap tiga tahun. Sedang hepatitis dua kali dalam waktu enam bulan. Sekali injeksi, harganya Rp 250 ribu. “Pembiayan kami lakukan swadaya, karena karyawan memang aset penting. Seperti yang terkena tipus itu harus absen dua minggu karena opname di RS,” jelasnya.
Ketua Umum Perdoki dr Nusye E.Zamsiar menjelaskan untuk efektivitas injeksi vaksinasi memang hanya 80 persen kebal penyakit. Sisanya tetap dengan memberlakukan prosedur yang higienis dan memperhatikan sanitasi. Termasuk menerapkan analisa bahaya dan titik kendali kritis. “Bukan berarti setelah injeksi langsung kebal, tetap harus memperhatikan food safety,” jelasnya.
Nusye menambahkan, belum semua perusahaan termasuk perhotelan dan restoran, yang menyadari pentingnya vaksinasi. Jika seorang pekerja, terutama penjamah makanan, terkena penyakit demam typoid maupun hepatitis, akan mengurangi produktivitasnya. “Belum lagi risiko penularan ke pekerja lain atau bahkan ke konsumen,” katanya.
Ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan atau foodborne disease. Termasuk di antaranya demam typoid dan hepatitis A. dr Boedijanto, Sp.F dari Laboratorium Klinik Budi Sehat menambahkan, selain melalui fekal oral atau makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri atau virus dikonsumsi, juga melalui lalat. “Makanya makanan dan minuman harus selalu ditutup,” pesannya.
Selain itu, Boedi juga menyoroti perilaku penjual di warung maupun pedagang kaki lima (PKL) yang belum higienis. Dia mencontohkan seperti, penjual yang setelah menerima uang langsung melayani mengambil makanan. “Harusnya dipisah antara yang menerima uang dan melayani atau setelah menerima uang cuci tangan dulu,” ungkapnya.
Kampanye vaksinasi untuk penjamah makanan disambut baik Sekprov DIJ Gatot Saptadi. Apalagi menyambu bandara baru YIA, yang diproyeksi, akan makin banyak wisatawan yang datang ke DIJ. Dia mempertimbangkan vaksinasi bagi penjamah makanan di hotel dan restoran masuk dalam syarat pengajuan sertifikasi. “Akan kami kaji dulu supaya bisa masuk dalam regulasi,” katanya. (cr8/pra/er)