JOGJA – Polisi melakukan penjagaan ketat pasca ledakan di depan Pos Pengamanan Tugu Kartasura, Jawa Tengah. Tidak hanya di setiap pos pengamanan tapi juga kantor Kepolisian. Meski tidak ada penebalan namun upaya preventif lebih diketatkan.
Kapolresta Jogja Kombespol Armaini mengungkapkan, jajarannya tetap siaga penuh. Terutama di lokasi yang terdapat penjagaan personel kepolisian. Selain itu juga melakukan patroli di sejumlah titik keramaian Kota Jogja.
“Sebenarnya bersamaan dengan operasi Ketupat Progo statusnya jadi siaga. Hanya saja pasca kejadian di Kartosuro itu ada pertimbangan tersendiri terkait keamanan,” jelasnya ditemui di Mapolresta Jogja, Selasa (4/6).
Terkait antisipasi, jajarannya terus berkomunikasi dengan Polda DIJ maupun Mabes Polri. Terutama untuk sinkronisasi data intelijen. Untuk selanjutnya diolah menjadi pemetaan dan tindakan dalam wujud kegiatan kepolisian yang ditingkatkan.
Dari informasi yang dia terima, pelaku Roffiq Assarudin diduga bertindak sendiri atau lone wolf. Meski begitu Mabes Polri khususnya Polda Jawa Tengah masih melakukan pendalaman penyidikan. Terutama untuk melacak dugaan keterlibatan jaringan.
“Kejadian di Kartasura sudah antisipasi, sudah ada petunjuk dari Mabes dan Polda untuk pemetaan dan peringatan. Memang ada kelompok yang ingin menyelenggarakan aksi di bulan puasa dengan sasaran petugas Polri. Tapi (pelaku) banyak yang ditangkap densus sehingga bisa terhindar,” katanya.
Terkait internal, dia meminta warga maklum saat mendatangi Mapolsek maupun Mapolresta. Ini karena penjagaan diperketat sesuai standar operasional. Mulai dari pemeriksaan tanda pengenal hingga barang bawaan. Setiap pengunjung juga akan dicatat keperluan datang ke Polresta maupun Polsek.
Armaini juga meminta jajarannya tidak lengah. Adanya aksi membuktikan bahwa ancaman teroris masih ada. Namun porsi penjagaan tetap mengedepankan humanisme meksi dalam status siaga.
“Anggota bersenjata pasti ada, termasuk di setiap pospam ada anggota bawa senjata meski tidak demua. Bahkan beberapa juga ada yabf menggunakan rompi anti peluru. Ya sifatnya jaga-jaga,” ujar perwira menengah tiga melati ini.
Terkait patroli lapangan, dia menekankan buddy system. Wujudnya adalah patroli berpasangan minimal dua personel. Sistem ini mengedepankan saling menjaga satu sama lain. Armaini melarang personelnya patroli individu.
Armaini meminta warga khususnya wisatawan tidak panik. Ini karena penjagaan berlangsung efektif. Apalagi Polri tidak berdiri sendiri. Dalam rangka Operasi Ketupat Progo 2019, jajarannya melakukan penjagaan bersama TNI, lintas instansi dan komunitas masyarakat.
“Dalam kejadian ini, jangan sampai kita takut. Karena tujuan terorisme adalah membuat ketakutan. Tetap biasa tapi waspada, tidak lengah dan jangan terprovokasi,” pesannya. (dwi/ila)