GUNUNGKIDUL – Dampak musim kemarau panjang mulai dirasakan masyarakat Kabupaten Gunungkidul, turunnya curah hujan mengakibatkan kekeringan melanda sebagian wilayah di Gunungkidul, Senin (17/6).
Berdasar data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, setidaknya 10 dari 18 kecamatan di Gunungkidul kini mengalami kekeringan dan berpotensi mengalami krisis air bersih di 2019 ini.
Sepuluh kecamatan yang mengalami kekeringan tersebut ialah Kecamatan Purwosari, Tepus, Ngawen, Ponjong, Semin, Patuk, Semanu, dan Paliyan dengan rincian sebanyak 50 desa dan 21.519 kepala keluarga. Jika dirinci, jumlah warga terdampak mencapai 76.514 jiwa.
Hasil pengecekan kondisi yang dilakukan Relawan MRI Gunungkidul, Winarno menyebutkan, kecamatan yang mengalami kekeringan paling parah ialah wilayah Gunungkidul bagian selatan yakni Kecamatan Girisubo, Rongkop, Tepus, Tanjungsari, Panggang, dan Saptosari.
”Kebanyakan sumur galian warga sudah pada mengering, atau warga mengandalkan PAM Desa yang debitnya kadang tidak mencukupi untuk keperluan satu desa, selain itu warga yang rumahnya belum tersentuh PAM memanfaatkan air telaga untuk keperluan sehari-hari atau menyiapkan bak penampungan, sebagian warga juga sudah ada yang membeli air, bahkan ada yang sejak Januari lalu,” ungkap Winarno.
Sebagai bentuk respons cepat terhadap bencana kekeringan di Gunungkidul tersebut, Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) DIY telah menyiapkan serangkaian program untuk turut membantu masyarakat terdampak kekeringan di Gunungkidul tersebut.
”Kami siapkan program Droping Air bersih untuk wilayah-wilayah Gunungkidul yang saat ini tengah mengalami kekeringan dan berpotensi krisis air bersih, droping akan menggunakan truk tangki berkapasitas 5.000 liter dan akan berkeliling Gunungkidul untuk mendistribusikan air bersih bagi masyarakat,” ujar Kepala Cabang ACT DIY Bagus Suryanto.
Bagus menambahkan, program droping air bersih merupakan bentuk tanggap darurat dari ACT untuk membantu menyediakan air bersih bagi masyarakat, sedangkan program jangka panjang untuk mengurai krisis air bersih di Gunungkidul adalah berupa pembangunan Sumur Wakaf.
Sumur wakaf sendiri merupakan program pembangunan sumur bor yang dikelola oleh Global Wakaf – ACT. Sampai saat jumlah Sumur Wakaf yang telah dibangun di Kabupaten Gunungkidul dan sekitarnya telah mencapai 18 titik dengan kedalaman beragam dari 50 meter hingga 100 meter.
”Baik dengan droping air bersih maupun sumur wakaf semoga ikhtiar kami semua dapat membantu puluhan ribu warga Gunungkidul yang kini terdampak kekeringan,” tutup Bagus. (*/ila)