GUNUNGKIDUL – Kewaspadaan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD), biasanya ditingkatkan pada

musim penghujan. Tapi memasuki musim kemarau seperti sekarang, justru terjadi lonjakan kasus gigitan nyamuk aedes aegypti di empat wilayah kecamatan di Gunungkidul.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mencatat bahwa hingga akhir Mei 2019 masih dilaporkan kasus DBD di pelosok kecamatan. Jumlahnya meningkat dua kali lipat dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Di 2018 hanya ada 124 kasus.

“Sampai dengan 31 Mei ada sebanyak 308 kasus DBD, satu diantaranya meninggal dunia,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Gunungkidul Priyanta Madya Satmaka Selasa (18/6).

Menurut Priyanta, kasus DBD tahun ini tidak biasa. Karena pada saat musim kemarau justru mengalami peningkatan kasus. Sebaran wilayah endemik DBD juga mengalami perubahan. Puncak akumulasi kasus pada Februari 2019 ada di Kecamatan Karangmojo. Kemudian Maret di Kecamatan Ponjong, kemudian April dan Mei di Kecamatan Wonosari. “Kecamatan Wonosari tertinggi yakni dengan 70 kasus DBD,” ujarnya.

Terkait lonjakan DBD di musim kemarau, menurutnya fenomena tersebut perlu diwaspadai. “Dalam catatan kami, ketika musim kemarau kasus DBD selalu turun, beda dengan tahun ini,” ungkapnya.

Munculnya kasus DBD di musim kemarau, lanjut dia, terjadi lantaran masih ada genangan air meskipun sedikit. Karena itu, kata kuncinya untuk melakukan pencegahan adalah dengan menerapkan pola hidup bersih. “Dengan demikian kasus DBD tidak separah 2016. Namun memasuki musim penghujan bulan November juga harus diantisipasi,” ucapnya.

Dinkes mendorong masyarakat supaya menanam tanaman pengusir nyamuk. Tumbuhan pengusir nyamuk ada jenis Yakni, tanaman lavender, dan serai-seraian karena tidak disukai nyamuk mulai digencarkan.“Dari situ nanti dapat diketahui jumlah jentik. Jika sudah melebihi ambang batas maka akan dilakukan fogging (pengasapan),” tuturnya.

Kemudian juga peran juru pemantau jentik (jumantik), setiap rumah satu orang dimaksimalkan. Memelihara ikan pun bisa menekan jentik nyamuk. Kata dia, kasus DBD di 2016 sebenarnya masuk kejadian luar biasa (KLB) karena jumlah kasus dalam waktu berbeda meningkat dua kali lebih. Pada 2015 jumlah kasus 446 sedangkan 2016 mencapai 1154 kasus.

Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawati juga meminta kepada masyarakat agar menguras tempat penampunan air, mengubur barang bekas, menutup penampungan air, dan memantau lingkungan.“Kepedululian masyarakat yang meningkat dan saling mengingatkan untuk menjaga lingkungan, harus ditingkatkan,” kata Dewi Irawati. (gun/pra/fj)