JOGJA – Tidak hanya terjadi di Indonesia, transformasi sosial terkait agenda politik lima tahunan yang terjadi akan diwarnai isu-isu sentimen terkait agama. Agama yang saat ini menjadi topik hangat malah membuat stabilitas kehidupan bermasyarakat dan bernegara menjadi terganggu. Bahkan menimbulkan perpecahan di berbagai komunitas masyarakat.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum) Universitas Islam Negeri  (UIN) Sunan Kalijaga Jogjakarta Mochamad Sodik menjelaskan, keagamaan bukan hanya sesuatu yang memiliki etis-ideologis. Namun merupakan eksistensialis estetis.

“Penggunaan agama dan dinamikanya dilakukan dengan berbagai cara, misalnya penggunaan lambang keagamaan, meningkatnya  jumlah kasus penghujatan, dan turunnya toleransi di kalangan umat beragama,” jelas Sodik Rabu (19/6).

Oleh karena itu, untuk memahami peran dan identitas agama dalam transformasi sosial, Fishum UIN Sunan Kalijaga berinisiasi menyelenggarakan  Annual International Conference On Social Sciences and Humanities serta Youth Camp pada 25-27 Juni 2019. Acara ini akan melibatkan beberapa universitas di Indonesia dan Asia Tenggara.

Dengan acara itu, praktisi dan pemuda dari berbagai golongan Islam dan agama lainnya akan berdiskusi mengenai yang dipercayainya. Dengan diskusi yang dilakukan, diharapkan akan menghasilkan sikap bijak dan berpikir kritis mengenai perbedaan yang ada.

“Jadi tidak hanya mengakibatkan perpecahan, namun dengan perbedaan yang ada, harus diambil sisi baiknya dan menguatkan agama dan masing-masing individu,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Iqbal Fajar menjelaskan, peran agama diharapkan bisa memberikan kontribusi dinamika yang ada. Dengan memahamkan setiap individu dalam setiap pemahaman permasalahan, nantinya bisa menghasilkan solusi dalam setiap permasalahan yang dihadapi. Bukan hanya menggiring permasalahan dalam perbedaan yang negatif. “Hal seperti ini harus dicari titik temunya,” ucap Iqbal.

Sedangkan untuk Youth Camp diharapkan mampu memberikan pendidikan yang menyenangkan dan empiris tentang keberagaman komunitas yang berada di suatu wilayah. Serta mempromosikan pemahaman dan pertukaran budaya di kalangan pemuda di seluruh Asia Tenggara. “Serta membangun jaringan di kalangan anak muda,” jelas Iqbal. (cr7/laz/er)